Kamis, 11 November 2010

KOMUNIKASI EFEKTIF

In the name of God...
Tulisan blog saya kali ini spesial karena sekaligus menjadi tugas UTS ( ujian tengah semester ) saya untuk mata kuliah Interpersonal Skill (mata kuliah yang saya ambil di semester ini) yang disampaikan oleh dosen saya Yoyoh Hereyah.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai komunikasi efektif.



 PENDAHULUAN


Sebelum mengenali dan membahas mengenai komunikasi efektif itu seperti apa, terlebih dahulu kita mengetahui konsep dasar komunikasi. Dalam halaman pendahuluan ini berisi pengertian, proses, komponen, serta fungsi dan manfaat komunikasi.

Defenisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu, communication, dan dari bahasa latin yaitu, communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.

Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

Ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.

Menurut Frank E.X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi tentang komunikasi yang diberikan oleh beberapa ahli dan dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja Pengantar Ilmu Komunikasi dijabarkan tujuh buah definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. 
Definisi-definisi tersebut adalah sebagai berikut:
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Hovland, Janis & Kelley:1953
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
Berelson dan Stainer, 1964
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
Lasswell, 1960
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Gode, 1959
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
Barnlund, 1964
Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
Ruesch, 1957
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Weaver, 1949

Unsur-unsur Komunikasi
 
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1.    Komunikator.
    Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2.    Komunikan.
    Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3.    Media.
    Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4.    Pesan.
       Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh    terhadap kesinambungan komunikasi.
5.    Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.


Fungsi dan Manfaat Komunikasi

 
Dengan berkomunikasi dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
1.    Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2.    Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3.    Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4.    Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.
5.    Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.




 PEMBAHASAN


Pada halaman pembahasan ini saya akan memberikan penjelasan di mulai dari apa itu komunikasi efektif, apa kegunaanya, sampai cara-cara melakukan komunikasi efektif.

Komunikasi Efektif
Apa maksudnya??

Menurut saya kita melakukan kegiatan komunikasi dimulai dari kita membuka mata kita ketika bangun tidur, kita berinteraksi dengan anggota keluarga. Selanjutnya kita beraktivitas diluar rumah juga melakukan kegiatan komunikasi. Di tempat kerja, kita berkomunikasi dengan rekan kerja, dengan atasan, juga dengan klien . Disekolah, seorang pelajar berkomunikasi dengan teman, mendengar guru menerangkan pelajaran.Dikampus, mahasiswa berdiskusi dalam perkuliahan juga merupakan proses komunikasi.Atau mungkin kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal di jalan, di bis misalnya sebelum duduk disebelah seseorang biasanya kita melemparkan senyuman. Ini juga merupakan kegiatan komunikasi yang artinya kita welcome dengan orang baru tersebut (disebut komunikasi nonverbal).
Dengan  demikian apapun kegiatan kita seharian, kita tidak pernah lepas dari yang namanya kegiatan komunikasi.Sehingga saya berpendapat bahwa kapan kita tidak melakukan kegiatan komunikasi?Jawaban saya adalah tidak pernah. Artinya setiap saat kita melakukan komunikasi sadar atau tidak sadar.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kegiatan komunikasi yang kita lakukan selalu berhasil? Dengan kata lain, apakah sudah efektif komunikasi yang kita lakukan? Seberapa efektifkah komunikasi yang telah kita lakukan?

Secara sederhana, komunikasi efektif terjadi apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dikasudkannya. Menurut Tubbs, (Yusrizal:2005)”secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima”.
Bagaimana cara kita mengukur keefektifan suatu komunikasi? Setidaknya ada lima hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu:
1. Pemahaman
Pemahaman yang dimaksud adalah penerimaan yang cermat oleh komunikan (penerima pesan) terhadap kandungan rangsangan yang dimaksudkan oleh komunikator (pengirim pesan). Dalam hal ini, komunikasi dikatakan efektif jika penerima pesan memperoleh pemahaman yang cermat terhadap apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.
2. Kesenangan
Komunikasi efektif terjadi jika diantara komunikator dan komunikan terdapat rasa saling senang. komunikator merasa senang menyampaikan informasi kepada komunikan, dan sebaliknya komunikan juga senang menerima informasi dari komunikator.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berkomunikasi, komunikator berusaha untuk mempengaruhi sikap komunikan, dan berusaha agar komunikan memahami ucapannya. Jika komunikator dapat merubah sikap dan tindakan komunikan, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi efektif sudah terjadi.
4. Memperbaiki hubungan
Salah satu hal yang menjadi kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah munculnya gangguan akibat dari hubungan yang tidak baik antara komunikator dengan komunikan. Hal ini terjadi karena adanya rasa frustasi, kemarahan, atau kebingungan diantara keduanya. Oleh sebab itu, agar komunikasi efektif , maka perlua adanya tindakan memperbaiki hubungan antara komunikator dengan komunikan terlebih dahulu.
5. Tindakan
Mendorong komunikan untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan komunikator merupakan suatu hal yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Namun, keefektifan komunikasi sangat bergantung kepada tindakan yang dilakukan oleh komunikan setelah berkomunikasi. Jika komunikan melakukan tindakan seperti yang dikatakan komunikatot, maka dapat dikatakan komunikasi efektif telah terjadi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Davis (1993). Davis mengemukakan bahwa komunikator (pengirim pesan) ingin agar komunikan (penerima pesan) menerima, memahami, menyambut baik, menggunakan pesan yang disampaikan dan memberikan balikan. Apabila komunikan melakukan kelima hal tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan efektif. Kelima langkah tersebut dalam komunikasi seringkali disebut juga sebagai kaidah lima (the rule of five)


Komunikasi Efektif
Seberapa pentingkah??

Kita harus menyadari betul bahwa kita tidak boleh sekedar melakukan komunikasi tanpa memperhatikan bagaimana kita telah berkomunikasi dan apakah pesan yang kita komunikasikan tersebut telah diterima sesuai dengan apa yang kita harapkan.Itulah alasannya mengapa menjadi penting sekali untuk kita melakukan komunikasi yang efektif. Terlebih lagi disaat kita berada dalam suatu lingkungan komunikasi formal seperti forum diskusi misalnya, penting sekali untuk menyampaikan pesan dengan efektif.

Menurut Thomas Leech dalam bukunya Say it like Shakepeare, ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: 
(1) Pengirim pesan (sender), 
(2) Pesan yang dikirimkan (message),
(3) Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), 
(4) Penerima pesan (receiver), 
(5) Umpan balik (feedback). 
Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu :
membaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). 

Selanjutnya Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan antarmanusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekadar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi lebih pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata atau pun tulisan kita dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), maka orang lain akan melihat atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari pondasi integritas pribadi yang kuat. 

Di samping itu Stephen Covey juga mengusulkan lima deposito utama yang dapat menambah rekening bank emosi dalam berkomunikasi : 
1.Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic comunication (komunikasi empatik). Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya berkomunikasi dalam satu dari empat tingkat ini : Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan baik, kita mungkin berpura-pura, kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita membutuhkannya atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain, memahami karakter dan maksud atau peran orang lain. Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam satu hubungan. “hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar”.
2.Memenuhi komitmen atau janji
Adalah deposito besar jika mampu memenuhi komitmen dan janji, sebaliknya melanggar janji adalah sebuah penarikan yang sangat besar.
3.Menjelaskan harapan.
Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berada pada sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
4.Meminta maaf dengan tulus ketika anda melakukan penarikan komitmen 
5.Memperhatikan integritas pribadi
Integritas pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda.
Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa adanya kepercayaan (trust) dan tidak akan ada kepercayaan tanpa adanya integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kujujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran adalah menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dangan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif sedangkan kejujuran bersifat pasif.

Komunikasi Efektif
Mengapa??

Perlu juga kita ketahui bahwa akan ada hambatan-hambatan yang mungkin dapat terjadi ketika kita berkomunikasi. Kenali hambatan-hambatan berikut ini, kemudian hindari atau setidaknya minimalisir agar komunikasi yang kita bangun menjadi komunikasi yang efektif.

Hambatan-hambatan dalam komunikasi
Banyak hal yang bisa menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :

1. Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.

sumber: Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo



Untuk itu sebelum kita melakukan kegiatan komunikasi sebaiknya terlebih dahulu kita mempersiapkan komunikasi itu sendiri dengan persiapan yang matang dan bijak. Kembali lagi supaya komunikasi kita tersebut berlangsung efektif. Berikut ini saya mengutip beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam berkomunikasi.
Pedoman dalam Berkomunikasi
Komunikasi yang baik adalah komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik tanpa menimbulkan perasaan negatif. Ada beberapa pedoman untuk menjalin komunikasi yang baik, yaitu antara lain:
  • Setiap situasi komunikasi mempunyai keunikan.
  • Kunci sukses komunikasi adalah umpan balik.
  • Komunikasi bersemuka adalah bentuk komunikasi yang paling efektif..   
  • Setiap pesan komunikasi mengandung unsur informasi sekaligus emosi..  
  • Kata adalah lambang untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan yang terbuka untuk ditafsirkan..   Semakin banyak orang yang terlibat, komunikasi semakin kompleks    
  • Dapat terjadi gangguan dalam penyampaian pesan komunikasi.  
  • Perbedaan persepsi mengganggu keefektifan sampainya pesan. 
  • Orang berkomunikasi sesuai dengan situasi komunikasi yang diharapkannya.

Berikut ini adalah beberapa kiat sukses berkomunikasi :
 
1. Kenali dengan baik siapa lawan bicara kita.
2. Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar. Bersikaplah secara seimbang:
Berbicara dan mendengar sesuai kebutuhan. Ada nasihat menarik: “Diciptakannya dua telinga dan satu        mulut pada diri kita adalah agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara”.
3. Jangan merasa (dan menampakkan) bahwa kita lebih tahu daripada lawan bicara kita.
4. Kenali betul-betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri.
Apa saja kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki. Apa saja kelemahan dan kekurangan Anda yang Anda rasa cukup mengganggu komunikasi. Kenali pula cara meningkatkan kelebihan dan menutupi kekurangan diri Anda.
 
Nah, yang menjadi pertanyaan adalah Bagaimana caranya agar kita bisa menerima diri kita secara apa adanya?
Ada beberapa kiat lagi untuk bisa menerima diri sendiri apa adanya, dengan kelebihan dan kekurangannya, yaitu:
• Hargai diri sendiri.
Biasakan tidak terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain,karena setiap orang itu unik. Kita dan orang lain berbeda segalanya.
• Hargai upaya yang sudah kita lakukan.
Walaupun mungkin belum berhasil, tetapi berusaha menghargai niat dan upaya yang telah kita lakukan.
• Tentukan tujuan hidup kita
Sebagai aktivis organisasi atau pemimpin suatu kelompok, tentukan tujuan aktivis Anda. Ingin menjadi pemimpin yang berpengaruhkah, ingin belajarkah, dan sebagainya.
• Berfikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain
Ini tidak berarti menganggap kesalahan-kesalahan yang pernag Anda lakukan. Ini lebih ditekankan pada cara pandang (tashawwur, persepsi) Anda tentang diri Anda. Misalnya, jangan pernah berfikir bahwa saya tidak bisa begini kan karena saya memang begitu, dan lain-lain. Begitu juga dengan orang lain.
• Kembangkan minat dan kemampuan diri
Bersedia menghabiskan waktu dan tenaga untuk belajar dan melakukan tugas sampai tujuan tercapai.
• Kendalikan perasaan
-Tidak mudah marah
-Hadapi kesedihan secara wajar dan tidak berlebihan
-Tidak mudah terpengaruh keadaan sesaat

Hukum komunikasi yang efektif
Berikut ini adalah lima hukum komunikasi efektif oleh ahli komunikasi yang terangkum dalam kata REACH.

Hukum 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang akan menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim, bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya how to win friends and influence people, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus dan jujur. Seorang ahli psiklogi yang sangat terkenal William James juga mengatakan “Prinisip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai”. Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang herus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah seorang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapatkan gaji lebih tinggi dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia milki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus.

Hukum 2: Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengar atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimenegerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti ; “ Seek first to understand- understand then be understood to build the skills of emphatetic listening that inspires openness and trust,”. Kata Covey inilah yang disebutnya dengan komunikasi empatic. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang memudahkan penerima pesan menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran memahami perilaku konsumen merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empatik calon penerima pesan kita, sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perspektif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feed back) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh orang lain dengan baik. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat Bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal, hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan tersebut, sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita, karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa saling menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap rendah hati pada intinya mencakup pengertian:
Sikap yang penuh melayani
Sikap menghargai
Mau mendengar dan menerima kritik
Tidak sombong dan memandang rendah orang lain
Rela memaafkan
Lemah lembut dan penuh pengendalian diri
Mengutamakan kepentingan yang lebih besar

Saya pribadi sangat setuju dengan 5 hukum tersebut di atas. Rasanya semua hal yang ingin dilakukan dan dicapai dalam berkomunikasi terletak atau berdasarkan 5 hukum tersebut. Dan saya yakin jika kita membangun komunikasi kita berdasarkan 5 hukum komunikasi efektif tersebut maka kita pasti dapat menjadi komunikator yang baik serta mampu menciptakan suatu komunikasi yang efektif dengan siapapun kita berkomunikasi.





PENUTUP


Kesimpulan dari saya mengenai Komunikasi Efektif

Setiap hari setiap saat hidup seseorang tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Bisa dikatakan bahwa komunikasi adalah nafas hidup kita. Kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Terlebih lagi kita sebagai manusia adalah juga mahluk sosial. Dimana hidup kita tidak bisa lepas dari orang lain. Kita tidak bisa hidup sendirian, kita butuh orang lain dalam menjalani hidup ini. Kita harus bersosialisasi dengan orang lain. Untuk bisa bersosialisasi yang pertama yang harus kita lakukan adalah membina hubungan dengan orang lain tersebut.
Lalu bagaimana caranya kita dapat membangun hubungan? Yupp.. so pasti kita harus berkomunikasi. Sama halnya dengan proses berteman, yang pertama kita lakukan adalah berkenalan biasanya terjadi seperti ini  hai.. saya putri,, nama kamu siapa?. Ini menjadi contoh paling sederhana yang dapat kia lakukan.
Selanjutnya dalam hidup ini  pasti kita akan  menjalin hubungan yang lebih dalam dengan orang lain. Nah, untuk dapat membina serta memelihara hubungan kita dengan orang lain maka yang kita lakukan tidak lagi sekedar komunikasi, melainkan komunikasi yang efektif. Sehingga kita dapat berguna dan maksimal dimana pun kita berada dan dengan siapapun kita berhubungan.Tidak sulit koq untuk berkomunikasi secara efektif. Karena dimana ada kemauan disitu ada jalan.

Akhir kata saya mengucapkan selamat berkomunikasi everybody!!
Usahakanlah untuk berkomunikasi secara efektif.
Just do your best in everything,, and where ever you are.
God With Us  ^.^


Rabu, 27 Oktober 2010

BERNEGOSIASI

Puji Tuhan akhirnya saya mulai terbiasa dengan tulisan di blog...
Bahkan saya mulai menikmatinya dan saya senang bisa share melalui tulisan - tulisan saya. Ini semua adalah berkat dorongan dan motivasi dari dosen saya yang paling keren,, tak lain tak bukan beliau adalah bu Yoyoh.
Yupp..., kalau bukan karena beliau jujur saja belum terpikirkan oleh saya untuk mempunyai blog untuk sekarang ini. So pada kesempatan kali ini saya mau bilang terimakasih ibu... karena "paksaan" dari ibu sekarang saya belajar dan dapat hal baru lagi.. Pokoknya bu Yoyoh is the best lah.. hehe ^.^ 


Sekarang saatnya kita masuk ke topik yang akan dibahas. Kali ini dengan tema bernegosiasi. Apa dan bagaimana bernegosiasi itu??
Mengapa negosiasi perlu dilakukan? bagaimana melakukan negosiasi yang baik? siapa yang melakukan negosiasi?

Negosiasi merupakan bagian dari kehidupan.Tanpa kita sadari sebenarnya kita termasuk orang yang sering bernegosiasi, misalnya ketika kita ingin mendapatkan pekerjaan, kita ingin gaji kita senilai berapa dan juga job desk nya apa saja.

Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau mempengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu. Contoh kasus mengenai negosiasi, seperti Christoper Columbus meyakinkan Ratu Elizabeth untuk membiayai ekspedisinya saat Inggris dalam perang besar yang memakan banyak biaya atau sengketa pulau Sipadan -Ligitan pulau yang berada di perbatasa Indonesia dengan Malaysia - antara Indonesia dengan Malaysia.

referensi Wikipedia

Sebelum kita melakukan negosiasi sebaiknya kita kenali dulu bagaimana langkah-langkah melakukan negosiasi tersebut. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat kita lakukan :

1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan.
Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang
akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang
kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan
dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita
capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa
membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak
memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan
pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita.
Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling
mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik
pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat
melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah
melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya
diri.
2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita
harus mampu menciptakan atmosfi r atau suasana yang tepat sebelum proses
negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar,
kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan
kita melakukan negosiasi. ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam
mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak
plin-plan), dan fi rm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang
kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan
memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak.


Berikut adalah beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi: 
a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan Anda ketika memasuki
ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali
pembicaraan. Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan
membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar
kedua pihak yang dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.
Meski demikian harus tetap diingat bahwa pada dasarnya selain memiliki
beberapa persamaan, kedua pihak memiliki beberapa perbedaan.
3. Negosiasi Dalam Jual-Beli Barang
 

Dalam negosiasi jual beli, pihak penjual dan pembeli mempunyai hak dan
kewajiban tertentu. Pihak pembeli mempunyai hak menerima barang yang
dibelinya dan berkewajiban untuk membayar secar tepat jumlah dan waktu.
Sebaliknya penjual mempunyai hak menerima pembayaran dan berkewajiban
menyerahkan barang yang dijual secara tepat jumlah dan waktu. Jadi dalam
kisaran itulah substansi perundingan yang harus dilakukan oleh kedua belah
pihak.
Khusus dalam kegiatan jual beli, pelaksanaan negosiasi ditijukan untuk
memfasilitasi kehendak pembeli dan penjual, yaitu merundingkan masalahmasalah
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban pihak penjual dan
pembeli, baik yang bersifat satu kali transaksi maupun untuk transaksi yang
berulang-ulang (terus-menerus). 

Biasnya negosiasi jual- beli antara pihak
penjual dan pihak pembeli, pembicaraaannya berkisar pada:
a. Jenis barang yang akan dibeli atau dijual;
b. Kwalitaas dari jenis barang yang akan dibeli atau dijual;
c. Jumlah barang yang akan dibeli atau dijual;
d. Ketetapan harga barang yang akan dibeli atau dijual;
e. Saat atau waktu penyerahan barang (tanggal, bulan, tahun penyerahan);
f. Kemana barang diangkut/dikirim dan syarat pengirimannya;
g. Cara pembayaran (tunai, kredit) dengan potongan harga atau tanpa
potongan harga.
4. Strategi dan Teknik Negosiasi
Negosiasi meliputi mempersiapkan rencana strategis sebelum dimulainya
negosiasi dan mengambil keputusan taktis yang baik selain negosiasi. Strategi
negosiasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk suatu pendekatan
menyeluruh yang memiliki peluang besar untuk mencapai tujuan negosiator.
 

Ada 3 (tiga) strategi negosiasi yang dapat dikembangkan yaitu:
a. Win-win strategy (strategi menang-menang)
Yaitu pendekatan bernegosiasi yang ditujukan kepada kemenangan kedua
belah pihak, dengan prinsip “meminta tanpa menekan dan memberi tanpa
desakan”, cara perundingan ini adalah menyelesaikan masalah yang
didasari rasa saling menghormati, menghindari konfl ik.
b. Win-lose strategy (strategi menang kalah), yaitu suatu strategi negosiasi
untuk memperoleh kemenangan mutlak, strategi ini berdasarkan kepada
keinginan untuk mengalahkan dan merugikan orang lain.Strategi ini sering
menimbul kan permasalahan. Oleh karena itu setrategi ini dianggap strategi
licik.
c. Lose-lose Strategy (Strategi kalah-kalah),
Strategi ini sangat merugikan kedua belah pihak karena masing-masing
hanya melampiaskan emosinya yang tidak rasional. Strategi ini tidak akan
menyelesaikan masalah tetapi memperpanjang konfl ik, karena itu strategi
ini dianjurkan untuk tidak dipergunakan.




Berikut ini adalah tips bernegosiasi, mudah - mudahan bermanfaat..


Tips Bernegosiasi Dalam dunia kerja

Anda memang tidak terlepas dari negosiasi. Baik negosiasi gaji, tugas, proyek dengan klien, serta berbagai negosiasi lain, bahkan untuk makan. Tapi tidak semua orang memiliki kemampuan negosiasi yang baik. Diperlukan pengetahuan dan kecakapan tersendiri agar Anda memiliki kemampuan negosiasi yang memadai.

Selalu fokus terhadap keuntungan di kedua belah pihak. Artinya bagaimana Anda dan pihak lawan tidak saling dirugikan. Fokuskan diri pada bagaimana Anda dan pihak lawan bisa menang. Di sini Anda harus melupakan tentang bagaimana menjatuhkan lawan. Sebaiknya Anda harus berpikir bijak dengan cara mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. Tentunya dengan mencari informasi mengenai apa motivasi dari pihak yang Anda hadapi.
Akan tetapi tanpa melupakan motivasi Anda pribadi, tetaplah fokus pada tujuan negosiasi Anda, jangan terpengaruh oleh trik-trik tertentu yang dilancarkan lawan sehingga mempengaruhi tujuan semula. Fokuslah pada pemecahan masalah dan jangan libatkan emosi dalam negosiasi Anda. Karena emosi membuat Anda tidak objektif dan konsentrasi.

Ketahuilah gaya negosiasi orang yang Anda ajak negosiasi. Jika dia seorang yang humoris, tidak ada salahnya Anda selipkan humor dalam negosiasi Anda. Tetapi sebaliknya jika ia seorang yang serius, bersikaplah serius juga. Hal ini akan memudahkan Anda dalam menghadapi dan menyelesaikan proses negosiasi dengannya.

Tanamkan dalam pikiran bahwa tujuan, meskipun dalam sebuah perusahaan yang sama, belum tentu memiliki tujuan yang sama. Memang tujuan itu berbeda-beda. Namun ini adalah saat yang tepat menyatukan perbedaan tujuan tersebut menjadi sebuah jalan yang menguntungkan kedua belah pihak. Memikirkan posisi hanya akan mengganggu proses negosiasi, jadi enyahkan saja pikiran untuk mengambil lebih banyak keuntungan.

Jangan mudah tergiur oleh hal-hal yang Anda sukai saat negosiasi. Misalnya, pihak lawan menawarkan sesuatu yang Anda suka tetapi di sisi lain bisa merugikan Anda. Jangan langsung memberi jawaban setuju jika Anda ditawari sesuatu saat negosiasi. Analisa penawarannya, dan apabila memungkinkan, mintalah waktu untuk memperlajari tawaran tersebut.

Dengarkan negosiasi yang ditawarkan dan ajukan pertanyaan untuk setiap point yang belum jelas. Sehingga Anda akan menemukan kesepakatan yang lebih baik dari kemungkinan yang sebelumnya Anda pikirkan.
Menjadi ahli tentu perlu waktu, meskipun kiat-kiat diatas telah Anda jalani dengan maksimal. Pun sadari juga bahwa lawan negosiasi Anda tentu juga punya kiat mereka sendiri untuk merayu dengan cara yang sangat efektif.

Sejak anak saya mengikuti berbagai kursus, ada banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakannya, tetapi juga menjadi pekerjaan rumah orangtuanya. Tidak heran bahwa setiap malam atau pagi, terjadilah negosiasi antara dia dengan papi atau maminya.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, negosiasi adalah sebuah bentuk pertemuan antara dua pihak yang bertujuan untuk menghasilkan suatu persetujuan bersama dengan menggunakan langkah-langkah negosiasi seperti strategi, taktik, dan persyaratan.
Mengapa ada teori mengenai negosiasi? Sebenarnya negosiasi merupakan salah satu jalan penyelesaian secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang tidak sepaham atau sependapat. Hasil dari negosiasi itu sendiri adalah perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan. Dalam hal ini, bukan hanya pihak orangtua yang berhak puas dalam menyelesaikan sebuah konflik, melainkan anak-anak pun berhak untuk mengalami perasaan yang sama dengan orang dewasa.
Bahkan melalui konflik yang mereka alami bersama orangtua, justru anak secara alami dapat belajar mengasah emosinya agar menjadi semakin cerdas. Alasan lain, dalam negosiasi kita juga sedang melatih anak untuk mengembangkan “win-win solution” (jalan keluar sama-sama menang) sebagai bekal kehidupannya kelak.
Tentu saja diperlukan ketrampilan dari pihak pengendali untuk mendinginkan situasi konflik, bersikap tegas, tetapi juga menampung seluruh gagasan dengan tujuan agar solusi yang disepakati bermanfaat bagi semua pihak. Dalam hal ini, “manfaat” yang dimaksud adalah agar orangtua dan anak tetap hidup bertanggungjawab secara Kristiani. Untuk itu, dalam “Raise Them Right”, orangtua haruslah menjadi “master” atau ahli dalam seni negosiasi dengan anak.
Salah satu keahlian negosiasi yang diperlukan, menurut Ludlow dan Gergus Panton, adalah memerhatikan sikap kita terhadap perselisihan itu sendiri. Sikap positif dengan memandang bahwa konflik adalah sesuatu yang normal dan konstruktif merupakan sikap awal yang baik dalam menjalankannya, sehingga orangtua tidak hanya berpikir bahwa anaknyalah yang harus belajar dan melakukan yang baik, tetapi orangtua juga akan bertumbuh semakin dewasa, semakin sabar, semakin berhikmat dan semakin bergantung kepada Tuhan.
Adapun negosiasi yang efektif dengan anak adalah: Pertama, anak dapat ikut dalam diskusi verbal untuk menemukan kemungkinan solusi. Berarti dalam negosiasi, kita sekaligus melatihnya untuk mengembangkan kemampuan diskusi, dan bukan menerima mentah-mentah perintah dari orangtuanya. Kedua, anak secara cerdas dapat memahami perjanjian yang diberikan. Dengan demikian, ia juga secara alami dilatih untuk mengasah logikanya ke arah penyelesaian konflik, penerimaan pendapat dan bukan menciptakan atau menghindari konflik. Ketiga, anak menjadi semakin dewasa untuk memelihara hasil kesepakatan yang dibuat bersama. Di sinilah anak juga belajar menjadi orang yang bertanggungjawab dengan bersikap konsisten dan konsekuen.
Beberapa langkah untuk melakukannya:
1. Definisikan masalah yang dialami antara orangtua dengan anak.
Mark adalah anak yang sulit sekali makan sayur. Setiap kali ibunya menukannya, Mark memberontak dan membuangnya. Sekalipun ia dipaksa untuk memasukkannya ke dalam mulut, ia tetap akan membuangnya di sebuah kertas atau tissue. Dalam mendefinisikan masalah, katakanlah demikian, “Mark, sayur dapat mempermudahmu untuk buang air besar (BAB). Jika kamu tidak makan sayur, maka BAB-mu akan sulit. Dan tentu saja perutmu tidak sehat sehingga Mama harus membawamu ke dokter. Untuk berobat ke dokter, kita akan mengeluarkan banyak uang. Semakin kamu tidak makan sayur, kita akan sering ke dokter dan mengeluarkan banyak uang. Menurutmu, apa yang harus kita lakukan supaya tugas penting ini dilakukan?”
2. Diskusikan bersama mengenai kemungkinan solusi.
Jika Mark tidak makan sayur, beberapa kemungkinan yang Mark perlu tahu: Mark tidak dapat makan makanan kesukaannya yang lain (snack) karena makanan utama belum dimakannya dan mereka harus menabung untuk pergi ke dokter, dengan tidak membeli snack. Mark sebenarnya dapat memilih beberapa pilihan menu makanan sayur yang disukainya. Mark dapat memilih sendiri sayur yang disukainya di supermarket saat berbelanja bersama Mama. Mark juga dapat ikut masak bersama Mama di dapur. Jika Mama harus makan 10 sendok sayur, Mark dapat makan hanya 5 sendok sayur dan mereka akan makan di waktu bersamaan. Tentu saja jika Mark selama 1 minggu makan sayur tanpa absen, Mark dapat membeli snack kesukaannya dalam daftar snack yang menyehatkan.
Diskusi juga dapat dilakukan dengan menceritakan kisah anak-anak yang mau makan makanan sehat, sehingga anak dapat meneladani tokoh-tokoh tersebut. Misalnya tentang Popeye yang suka bayam. Atau Brownie yang tidak suka makanan sehat sehingga ia tidak kuat mengikuti teman-temannya berlari.
3. Putuskan bersama solusi yang disepakati kedua belah pihak.
Mark dapat memilih beberapa alternatif di atas dan memberikan alternatif lain sejauh hal itu merupakan kesepakatan bersama. Lalu, berikanlah kode saat Mark harus makan sayur atau berikan apresiasi setelah Mark selesai makan sayur. Seperti: “Sekarang… Mark sekuat Popeye!”
4. Sepakati kapan hal itu akan dilakukan.
Berjabat tanganlah dengan anak atau tulislah kesepakatan itu di sebuah kertas yang ditempel di pintu kamar dan ditandatangani kedua belah pihak. Jangan lupa peluklah anak dan ciumlah dia untuk kesepakatan yang telah dibuat bersama.
5. Evaluasi kesepakatan.
Jika perjanjian tidak disepakati, duduklah lagi bersama dan ulangi kesepakatan.
Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi adalah solusi KALAH/KALAH. Berarti anak makan sayur tetapi mengeluarkannya sambil tampak menderita karenanya, sementara kita sebagai orangtua tidak berdaya menghadapinya. Solusi MENANG/KALAH berarti anak tidak mau makan sayur sama sekali dan kita tidak berdaya menghadapinya. SERI berarti anak tidak makan sayur dengan berbagai alasan, sedangkan kita sebagai orangtua memberikan hukuman kepada anak–sementara anak merasa bebas dari makan sayur dan lebih menyukai hukuman yang diberikan kepadanya. Sedangkan solusi MENANG/MENANG berarti anak makan dengan senang hati dan orangtua melihat anak sehat.
Masalahnya, jika anak selalu memberontak dan kita menjadi orangtua selalu tidak berdaya menghadapi anak, tentu kita perlu melakukan negosiasi sebagai salah satu solusi yang menyenangkan kedua belah pihak.
Beberapa saran dalam bernegosiasi:
  1. Pusatkan perhatian bukan pada anak tetapi pada konflik yang harus diselesaikan, sebab jika kita melihat anak kita melawan, tentu kita akan berpikir bahwa ia bersikap kurang ajar. Dengan demikian, kita akan mencari tahu mengapa ia tidak menyukai sayur yang kita hidangkan. Bisa jadi ia memiliki trauma tertentu terhadap sayuran karena pernah memakan sayuran pahit atau pedas. Atau ia tidak bisa menikmati rasa dari masakan sayur yang tersaji. Bantulah anak untuk menemukan alasannya selogis mungkin.
  2. Ajarkan anak untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa menggunakan ekspresi perasaan negatif seperti marah, berteriak, menangis keras-keras, bahkan diam. Katakan, “Mama tahu Mark tidak suka melihat sayur ini.” Atau “Mama mengerti Mark geli melihat sayur ini.” Tapi kita harus menemukan jalan keluarnya.
  3. Mengetahui apa yang hendak orangtua capai dalam kesepakatan tersebut. Banyak anak tidak sepakat, bukan karena mereka tidak memahami manfaatnya, tetapi karena mereka tidak menyukai cara orangtua memaksa anak untuk mengikutinya. Tetapi juga ada banyak anak yang tidak menyukai penampilan makanan yang tersaji.
  4. Jangan menanggapi pertanyaan-pertanyaan retoris. Misalnya, “Memangnya semua orang harus makan sayur? Bibi tidak makan sayur setiap hari!”
  5. Ada kalanya anak mempertahankan posisinya dengan keras tanpa memberikan alasan. Apa yang harus kita lakukan?
  1. Tetaplah sopan saat bernegosiasi;
  2. Jangan membalas tindakan kurang ajarnya, simpan di akhir negosiasi sebagai pembelajaran yang berbeda. Namun ucapkanlah kalimat singkat atas tindakannya, misalnya: cobalah belajar sopan kepada Mama;
  3. Saat anak bertahan dalam keputusan atau pendapatnya, perlihatkanlah secara logis (masuk akal) kelemahan dari pendiriannya. Misalnya, jika kamu tidak mau makan sayur napasmu tidak segar. Atau dalam aturan 4 sehat 5 sempurna, orang ingin hidup sehat juga harus makan sayuran. Sebaliknya, mintalah mereka memikirkan kelemahan dari pendapat orangtua. Sebab hal ini melatih anak untuk memikirkan pandangan yang berbeda dari pihak lain.
  4. Fokuslah pada konflik atau masalah yang dihadapi. Jangan biarkan anak menonton film atau orangtua bernegosiasi sambil menjahit atau sms.
  5. Sambutlah perubahan anak ke arah solusi bersama dengan pujian, pernyataan keyakinan atau dukungan. Pusatkanlah negosiasi pada proses kerjasama antara anak dan orangtua, sehingga anak tidak merasa sebagai korban tetapi sebagai anak yang ditolong oleh orangtuanya.
Pertanyaannya, apakah semua hal harus melalui proses negosiasi? Tentu saja tidak. Ada hal-hal yang memang harus dilakukan anak tanpa melalui proses negosiasi. Jika pilihan itu memang bukan hal yang prinsip, misalnya, memutuskan apa yang akan kita makan pada waktu sarapan, kita bisa langsung menawarkan beberapa menu kepadanya agar ia dapat tawar-menawar. Tentu saja kita meminta anak untuk melakukannya sesuai dengan instruksi kita.
Sebaliknya, jika kita menghendaki agar anak-anak kita beribadah kepada Tuhan dan pergi ke Sekolah Minggu tanpa kesempatan untuk memilih, pilihannya hanyalah pada kita sebagai orangtua. Artinya, kita memberi pilihan kepada diri kita sendiri untuk mencari alternatif cara, agar mereka dengan senang hati melakukannya. Itu berarti bahwa kita harus bernegosiasi dengan hati kecil kita yang seringkali menghendaki anak-anak menaati kita dengan cara yang paling mudah dan cepat, misalnya: “Pokoknya, taat!”
Tuhan tentu akan memberikan hikmat kepada kita sebagai orangtua. Tuhan memberkati.

Akhir kata saya mengucapkan selamat bernegosiasi. Good Luck!!

Rabu, 13 Oktober 2010

TIGA PENDEKATAN MEMECAHKAN KONFLIK

(Diterjemahkan dan direview oleh Ahmad Asroni)
1.        Merekonsiliasi Berbagai Kepentingan

Merekonsiliasi berbagai berbagai kepentingan tidaklah mudah. Ia membutuhkan perhatian yang tinggi, merencanakan solusi yang kreatif, dan membuat konsesi di mana berbagai kepentingan dipertentangkan. Prosuder paling umum melakukan ini adalah “negoisasi”, tindakan komunikasi (baik komunikasi ke belakang atau ke depan) yang dimaksudkan untuk mencapai kesepakatan. Prosedur berbasis kepentingan lainnya adalah “mediasi”, yang mana pihak ketiga membantu pihak-pihak yang bertikai mencapai kesepakatan.
Tiada arti melakukan negoisasi atau mediasi tanpa memfokuskan pada rekonsiliasi berbagai kepentingan. Beberapa negoisasi hanya fokus pada mementukan yang benar, seperti ketika dua pengacara berargumen tentang siapa yang memiliki kasus yang memberikan kebaikan/jasa lebih banyak. Negoisasi lainnya yang fokus menentukan siapa yang lebih berkuasa/kuat, seperti ketika perselisihan bangsa yang saling memberikan ancaman. Sering pula negoisasi melibatkan ketiganya – beberapa berusaha untuk memuaskan berbagai kepentingan, beberapa memperbincangkan kebenaran, dan beberapa menununjuk pada kekuatan.

Negoisasi yang fokus utamnya pada berbagai kepentingan disebut negoisasi “berbasis kepentingan”, berbeda dengan negoisasi “berbasis kebenaran” dan negoisasi “berbasis kekuatan/kekuasaan”.
Negoisasi berbasis kepentingan kerap pula disebut sebagai negoisasi memecahkan masalah. Hak ini dikarenakan ia melibatkat perlakuan konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan oleh pihak-pihak yang bertikai secara sama-sama menguntungkan. Sebelum para disputan dapat memulai proses rekonsiliasi berbagai kepentingan secara efektif, mereka butuh melepaskan emosi mereka. Emosi dapat melahirkan konflik, sebaliknya konflik kerap melahirkan emosi. Mengekspresikan penekanan emosi dapat menjadi intrumen dalam menegoisasikan sebuah resolusi. Teutama pada konflik antar pribadi, permusuhan dapat dikurangi secara signifikan jika pihak-pihak yang dirugikan melepas kemarahan, kebencian dan frustasi mereka di depan pihak yang salah, dan pihak yang salah mengakui kebenaran atau menawarkan sebuah apologi. Dengan mereduksi permusuhan, memecahkan masalah berbasis kepentingan menjadi lebih mudah. Ekspresi emosi memiliki tempat yang istimewa dalam berbagai macam negoisasi dan mediasi berbasis kepentingan.

2.       Menentukan Siapa yang Benar

Cara lain menyelesaikan konflik adalah mendasarkan pada standar independen dengan melihat legitimasi atau hukum untuk menentukan siapa yang benar.
Term yang dipakai adalah kebenaran. Akan tetapi masalah hukum jarang clear. Ada perbedaan bahkan kadang-kadang kontradiksi ketika standar hukum diterapkan. Mencapai kesepakatan dengan standar hukum di mana hasilnya akan menentukan siapa mendapatkan apa, akan menjadi sangat sulit.

Dalam konteks ini, pihak ketiga yang menentukan siapa yang benar. Prototipe hukum tersebut adalah ajudikasi (keputusan pengadilan), yang mana pihak yang bertikai harus menghadirkan bukti dan argumen kepada pihak ketiga yang netral yang memiliki kekuasaan menangani dan menngikat keputusan (Dalam mediasi, pihak ketiga tidak memiliki kewenangan memutuskan konflik). Adjukasi publik ditentukan oleh pengadilan dan lembaga administrative. Ajudikasi pribadi ditentukan oleh arbitrator.

3.       Menentukan siapa yang lebih berkuasa

Menentukan siapa pihak yang kuat/berkuasa tanpa kontes kekuasaan desisif dan secara potensial destruktif adalah sulit. Ini lantaran kekuasaaan merupakan masalah persepsi. Kendatipun ada sejumlah indikator kekuasaan seperti sumber daya keuangan, persepsi pihak-pihak yang bertikai dan kekuasaan masing-masing kerap tidak tepat. Bahkan, sudut persepsi kekuasaan satu dengan yang lain dapat jatuh ke dalam perhitungan kemungkinan di mana yang lain akan menginvestigasi berbagai sumber secara lebih besar dalam kontes tersebut ketimbang merasa takut bahwa sebuah perubahan dalam distribusi kekuasaan yang dirasakan akan mempengaruhi hasil dari konflik yang akan datang.

Mana Pendekatan yang Terbaik?

Pendekatan yang berbeda untuk resolusi konflik –baik pendekatan interest, hukum, amupun kekuasaan— melahirkan biaya dan keuntungan yang berbeda. Ada empat kriteria untuk membandingkan ketiga jenis pendekatan tersebut:

1)       Biaya transaksi; semua prosedur resolusi konflik membutuhkan biaya transaksi seperti: waktu, uang, energi emosi yang ditimbulkan konflik, sumber daya yang dikonsumsi dan dirusak, dan hilangnya kesempatan.

2)      Kepuasaan terhadap hasil: Cara lain untuk mengevaluasi pendekatan lain meresolusi konflik adalah pihak-pihak yang bertikai merasa puas dengan hasil (kesepakatan).

3)      Pengaruh pada hubungan di atara pihak yang bertikai: Pendekatan ini dalam meresolusi konflik dapat mempengaruhi kemampuan pihak-pihak yang bertikai untuk bekerja bersama-sama sehari-hari.

4)      Kekambuhan (konflik): apakah pendekatan meresolusi konflik dapat bertahan lama. Bentuk paling simple dari kekambuhan adalah ketika sebuah resolusi gagal dalam menjaga hasil resolusi konflik secara permanen.
Keempat kriteria tersebut saling berhubungan. Ketidakpuasan dengan hasil kesepakatan dapat menghasilkan sebuah ketegangan pada hubungan kedua pihak yang bertikai, di mana akan menyebabkan kekambuhan/terulangnya konflik, yang juga akan meningkatkan biaya-biaya transaksi.
Pendekatan yang mana yang sedikit biaya?

1)       Kepentingan versus hukum (dan/atau) kekuasaan (interest versus rights or power); Pendekatan resolusi konflik yang fokus pada kepentingan (interest) dapat meresolusi problem konflik lebih efektif dari pada yang fokus pada hukum (rights) atau kekuasaan (power). Singkatnya, pendekatan resolusi konflik yang fokus pada kepentingan (interest) – setelah dibandingkan dengan pendekatan resolusi konflik berbasis hukum (right) dan kekuasaan (power)— cenderung menghasilkan kepuasan yang tinggi terhadap hasil dari pihak-pihak yang bertikai, menghasilkan hubungan (kerja) yang lebih baik, potensi konflik untuk kambuh/terulang kecil, dan juga mendatangkan biaya transaksi yang lebih kecil.

2)      Hukum versus kekuasaan (Rights versus power); secara umum, pendekatan hukum lebih sedikit biaya dibandingkan pendekatan kekuasaan.

Memfokuskan diri pada pendekatan kepentingan (Interests) tidak cukup
Kendatipun memiliki banyak keuntungan, menyelesaikan semua konflik dengan cara merekonsiliasi kepentingan tidak mungkin dan tidak diperlukan. Hal ini karena:
(1)     dalam beberapa kasus, negoisasi berbasis kepentingan tidak dapat terjadi tanpa prosedur  
hukum atau kekuasaan. Pertama kali yang dilakukan adalah membawa pihak yang keras kepala ke meja perundingan;
(2)    pihak-pihak yang bertikai tidak dapat mencapai kesepakatan lantaran mereka memiliki persepsi bahwa mereka yang benar dan lebih kuat/berkuasa. Dengan demikian mereka tidak dapat membangun kesejajaran untuk bernegoisasi.
(3)    Pada beberapa pihak yang bertikai, kepentingan (interest) demikian berlawanan sehingga kesepakan tidak mungkin tercapai.


Kapan Prosedur kebenaran atau Kekuasaan diperlukan?

Kendatipun merekonsiliasi kepentingan secara umum sedikit biaya daripada pendekatan hukum, namun hanya ajudikasi yang dapat secara otoritatif menyelesaikan problem-problem konflik publik secara penting. Sementara untuk pihak-pihak yang kuat, pendekatan kekuasaan lebih diperlukan ketimbang pendekatan kepentingan. Beberapa orang menyatakan bahwa pihak yang lebih kuat ketika menerima pendekatan kepentingan dianggap “saran yang sakit”.

Karena memfoluskan diri pada hukum dan kekuasaan memainkan peran yang penting dalam resolusi konflik yang efektif, maka membedakan prosedur hukum dan kekuasaan pada basis biaya adalah bermanfaat. Kita membedakan tiga tipe prosedur hukum dan kekuasaan, yakni: negoisasi, kontes biaya yang rendah, kontes biaya yang tinggi.
Negoisasi berbasis hukum sedikit biaya daripada kontes hum seperti pengadilan atau arbitrasi. Negoisasi berbasis kekuasaan yang ditandai dengan ancaman, lebih rendah daripada sebuah kontes kekuasaan di mana ancaman-ancaman tersebut dilakukan.


Sistem Resolusi Konflik berorientasi Kepentingan: Sebuah Tujuan

Tidak semua konflik dapat (atau harus) diselesaikan dengan merekonsiliasi kepentingan.
Prosedur hukum dan kekuasaan kadang-kadang dapat menyelesaikan akan tetapi prosedur berbasis kepentingan tidak. Masalahnya adalah prosedur hukum dan kekuasaan kerap dipakai di mana keduanya tidak diperlukan. Oleh karenanya, diperlukan sistem yang mempromosikan rekonsiliasi kepentingan sekaligus juga membuat sistem untuk mengakomodasi prosedur hukum dan kekuasaan dengan biya yang murah. Hal ini penting lantaran semua konflik tidak dapat/tidak mesti diselesaikan dengan pendekatan rekonsiliasi kepentingan.


source: http://qoffa.wordpress.com/2009/01/16/tiga-pendekatan-memecahkan-konflik/

Sabtu, 25 September 2010

11 Kesalahan Wanita Di Dunia Karir

Seperti halnya kaum pria, wanita pun seringkali meremehkan kemampuan mereka sendiri, khususnya dalam hal karier. Tanpa sadar, ini justru akhirnya akan merugikan diri mereka sendiri. Coba teliti, apakah Anda termasuk orang-orang yang "hobi" menyabotase karier Anda sendiri, dengan menyimak beberapa kesalahan yang seringkali dilakukan wanita seperti di bawah ini:

1. TERLALU RENDAH MEMATOK STANDAR
Kaum wanita seringkali memasang standar yang kelewat rendah, sehingga akhirnya merugikan diri sendiri. Bahkan dengan kemampuan kerja yang sangat baik pun, seringkali mereka justru menempat-kan diri mereka terlalu rendah. Contohnya, Wati yang sangat jago komputer, tapi enggan menawarkan posisi yang berkaitan dengan keahliannya itu. Ia lebih suka duduk di meja staf administrasi misalnya, ketimbang mengisi posisi di bagian teknologi informasi.
2. TIDAK MEMINTA TOLONG Perempuan adalah makhluk yang paling suka meminta tolong. Lihat saja, ketika salah jalan, mereka akan dengan getol bertanya kepada siapa pun yang mereka jumpai, sementara pria lebih suka mencoba mencari jalan sendiri. Anehnya, ketika mereka sedang mencari pekerjaan, perempuan lebih suka membungkam mulut. Sementara kaum pria justru doyan bercerita pada setiap orang bahwa mereka sedang mencari pekerjaan. 3. LUPA CANTUMKAN KELEBIHAN
Seringkali para wanita tidak menerangkan dengan jelas kemampuan mereka pada bidang yang mereka geluti. Sementara kaum lelaki justru seringkali membesar-besarkan kemampuan yang sebenarnya hanya mereka kuasai sedikit. Ingat, ada perbedaaan yang jelas antara melakukan sesuatu lebih dari yang bisa dilakukan dengan tidak menuliskan kemampuan yang sebenarnya memang Anda miliki 4. PESIMIS
Kaum hawa seringkali tidak secara maksimal mempelajari sesuatu. Sementara kaum adam lebih bersemangat dan hampir selalu mengatakan "Ya, kami sanggup." Bukan berarti kaum laki-laki berbohong, lho. Optimisme ternyata memang lebih penting daripada apa yang sudah didapat dari pengalaman. Manakah yang akan Anda pilih, seorang yang opimis atau seorang yang pesimis?
5. MEMILIH PASIF
Memilih ditelepon daripada menelepon duluan hanya berlaku untuk hubungan yang tidak bersifat profesional. Menunggu diajak kencan seorang pria memang baik, tetapi jika Anda sedang melamar pekerjaan atau tengah mengincar klien baru, tak ada salahnya menelepon lebih dulu, sekedar untuk mengetahui perkembangan berikutnya. Ini juga menunjukkan seberapa besar semangat dan minat Anda pada bidang kerja itu. 6. MENJADI SI “SERBA BISA” SAAT INTERVIEW
Terkadang, saking semangatnya, kita melakukan hal-hal yang kelewat banyak saat wawancara. Memang betul, pada saat wawancara, si pewawancara ingin mengetahui sebanyak mungkin tentang diri Anda. Namun, Anda tetap harus jelas mengutarakan kemampuan dan keinginan Anda pada pekerjaan yang Anda minati tersebut. 7. JANGAN RAGU BERNEGOSIASI
Tentu saja, perusahaan yang sedang membuka lowongan mempunyai patokan gaji dan budget untuk karyawan baru. Tetapi tetap terbuka kemungkinan bagi Anda untuk mengajukan tawaran mengenai gaji yang Anda inginkan. Kenyataannya, hampir tidak ada perusahaan yang tiba-tiba membatalkan tawaran lowongannya hanya karena calon pegawai perempuannya meminta gaji yang lebih tinggi dari yang ditawarkan, bukan?
8. TIDAK MEMANFAATKAN KESEMPATAN
Seandainya Anda akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan tersebut, sementara Anda sebetulnya sangat ingin bekerja pada perusahaan atau proyek tertentu, tak ada salahnya meminta kesempatan di mana Anda dapat bekerja magang alias tidak dibayar. Kesempatan ini harus Anda manfaatkan untuk memperlihatkan kemampuan dan bakat­bakat yang Anda miliki. 9. TIDAK TAHU ALASAN
Apa yang Anda lakukan ketika Anda gagal masuk seleksi penerimaan karyawan baru? Jika yang Anda lakukan adalah menelepon dan mencari tahu penyebab kegagalan Anda, maka langkah itusangat tepat. Paling tidak, Anda tahu kekurangan dan kelebihan Anda, sehingga bisa lebih mempersiapkan diri jika suatu ketika mengikuti tes masuk di perusahaan lain. Jadi, setiap kali usai diwawancara, tanyakan atau sampaikan kepada si pewawancara apakah Anda boleh tahu alasan kegagalan Anda.
10. TAKUT MENGULANG KEGAGALAN
Banyak di antara kaum wanita yang sering merasa terpukul ketika gagal menjalani wawancara, bahkan takut mengulangnya kembali. Padahal, mengulang-ngulang kegagalan dan terus-menerus mengingatnya justru akan semakin mengasah keterampilan Anda menghadapi tes masuk kerja.
Jika Anda merasa telah melakukan kesalahan, belajarlah dari kesalahan itu. Tetapi jangan mengulang-ngulang kesalahan itu hanya untuk menyesali diri. Jika Anda merasa sudah melakukan yang terbaik, katakan pada diri Anda bahwa Anda sudah melakukan yang terbaik 11. TINGGAL DI RUMAH BUKANLAH PEKERJAAN
Tugas sebagai seorang ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan. Pendapat seperti itu sama sekali tidak benar, apalagi bahwa tinggal di rumah sebagai ibu dianggap tidak bisa meningkatkan kemampuan sebagai individu. Tahukah Anda bahwa sebagian besar ibu-ibu yang tinggal di rumah justru merasa selalu harus belajar dan menambah ilmunya? Anda juga harus sadar bahwa profesi seorang ibu sebenarnya juga merangkap sebagai manajer keuangan, karena harus mengatur budget rumah tangga.

 Source:
http://id.shvoong.com/humanities/1653759-11-kesalahan-wanita-di-dunia/