Minggu, 09 Januari 2011

PEMIMPIN YANG SUPER (SUPER LEADERSHIP) (UAS)


Banyak orang berpendapat bahwa seorang bisa menjadi pemimpin karena anugerah atau "dia memang terlahir sebagai seorang pemimpin",  begitu katanya. Pendapat ini bisa jadi memang benar, namun saya tidak sepenuhnya setuju akan hal tersebut.Karena bagi saya segala sesuatu itu bisa dipelajari dan di asah sedemikian rupa sehingga kita bisa kompeten didalamnya. Termasuk di dalamnya mengenai kepemimpinan. Seseorang bisa belajar untuk menjadi seorang pemimpin. Bahkan menjadi seorang pemimpin yang super atau Super Leadership.
Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah  bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang super tersebut?  Dan yang tak kalah penting bagi saya adalah,  mampukah kita menjadi seorang pemimpin yang super suatu hari nanti ?
Seorang Pemimpin yang super adalah seorang Pemimpin yang ideal. Ideal bagi orang yang dipimpimnya dan juga bagi dirinya sendiri. 
Lalu bagaimanakah pemimpin yang ideal tersebut? Seperti apakah pemimpin yang dikatakan ideal tersebut? 


PEMIMPIN YANG IDEAL

Pemimpin Ideal adalah Pemimpin yang dapat berkomunikasi secara efektif dalam situasi apapun dan bijaksana. Pemimpin yang dapat BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF adalah:
  1. Memberikan informasi yang update kepada seluruh bawahan dan koleganya secara terus-menerus, fakta yang terjadi di lapangan.
  2. Secara proaktif meminta umpan balik dari bawahan.
  3. Memastikan adanya tindak lanjut atas masalah yang terjadi dalam suatu organisasi.
  4. Selalu mengupdate informasi yang dimiliki berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan.

TIPE PEMIMPIN BIJAKSANA:
  1. Memiliki rasa percaya diri dan dapat mengatakan bisa pada diri sendiri untuk dapat menyelesaikan suatu masalah.
  2. Sensitif terhadap perasaan/emosi pihak lain/anak buah.
  3. Dapat menyelesaikan masalah dengan cepat yang menjadi tanggungjawabnya dan terbiasa mendisiplinkan diri untuk mencari solusi setiap masalah dan bersikap action oriented.
  4. Berpikir kedepan dan selalu berpikir contigency plan yaitu selalu mengembangan pikiran dalam beberapa skenario untuk mengantisipasi kondisi yang akan terjadi, disini anda akan lebih terlihat powerful.
  5. Pikirkan selalu kenyamanan anggota organisasi dalam bekerja.

PEMIMPIN YANG BIJAKSANA (TIDAK DISARANKAN) :
  1. Menutup-nutupi permasalahan, berbohong atau mengatakan sesuatu yang sifatnya misleading. Walau sebagai pemimpin, harus menyimpan hal-hal yang bersifat cinfidential, namun hal-hal yang sifatnya terkaitn dengan keamanan, kesejahteraan harus disampaikan secara terbuka.
  2. Menjanjikan sesuatu yang belum ada kejelasannya untuk direalisasikan.
  3. Menyalahkan pihak lain atau mencari kambing hitam atas terjadinya masalah.
 Seorang pemimpin yang ideal harus mempunyai sifat - sifat seorang pemimpin yang baik. Berikut ini beberapa kutipan yang saya ambil mengenai sifat - sifat pemimpi yang baik.

Ibnu Khaldun menggariskan sifat-sifat pemimpin sebagai berikut :

(i) Suka memaafkan
(ii) Suka melindungi pihak yang lemah
(iii) Murah hati kepada tetamu
(iv) Memelihara yang miskin
(v) Sabar dalam kesusahan
(vi) Jujur dalam perkataan dan perbuatan
(vii) Menghormati alim ulama
(viii) Menghormati guru dan orang-orang tua
(ix) Tidak sombong kepada fakir miskin
(x) Mahu mendengar kritikan
(xi) Mempunyai semangat persatuan
(xii) Menghargai dan menghormati kawan
(xiii) Menempatkan orang orang yang layak dalam sesuatu jawatan
(xiv) Tidak hidup bermewah-mewah

Imam Abu Hamid Al-Ghazali memberi ciri-ciri pemimpin sebagai berikut :

(i) Sayang kepada rakyat
(ii) Berjiwa diplomatik
(iii) Mempunyai jalan fikiran yang jelas
(iv) Tegas dalam bertindak
(v) Berfikiran tajam
(vi) Luas pengetahuan
(vii) Berani
(viii) Mempunyai azam yang kuat
(ix) Mempunyai pengetahuan tentang negara dan sejarah pemimpin-pemimpin yang terdahulu


Prof Dr Hamka mengemukakan syarat-syarat pemimpin sebagai berikut :

(i) Bertakwa kepada Allah
(ii) Bersifat amanah
(iii) Berani di saat genting
(iv) Bijaksana
(v) Sanggup berkorban harta benda untuk rakyat
      (vi) Tidak mudah tergoda oleh pujian


TIPE-TIPE PEMIMPIN

Sebelum menjadi seorang pemimpin terlebih dahulu kita harus mengenali tipe - tipe pemimpin yang ada, antara lain :

1. Tipe Otoriter
Disebut juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota – anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang – undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.

KELEBIHAN:
a. Keputusan dapat diambil secara cepat
b. Mudah dilakukan pengawasan

KELEMAHAN:
a. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
b. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
c. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
e. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang – orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang – orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang – orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
f. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung
g. Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.


2. Tipe Laissez-faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, dia membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya

KELEBIHAN:
a. Keputusan berdasarkan keputusan anggota
b. Tidak ada dominasi dari pemimpin

KEKURANGAN:
a. Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
b. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran – saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan – kekacauan dan bentrokan – bentrokan.
c. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata – mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
d. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan
.
3. Tipe Demokratis
Pemimpin ikut berbaur di tengah anggota – anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin dengan anggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak dengan saudara – saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – udahanya ia selalu berpangkal kepada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.

KELEBIHAN:
a. Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran – saran dari kelompoknya
b. Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota – anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab
c. Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

KEKURANGAN:
a. Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak
b. Sulitnya pencapaian kesepakatan

4. Tipe Pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic. Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratis hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis. Misalnya jika ia mempunyai ide – ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di lembaga Pendidikannya, maka hal tersebut akan dibicarakan dan dimusyawarahkan dengan bawahannya, tetapi situasi diatur dan diciptakan sedemikian rupa sehingga pada akhirnya bawahan didesak agar menerima ide atau pikiran tersebut sebagai keputusan bersama. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar – samar, dan yang mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa tindakan itu bukan tindakan pimpinan yang demokratis.



CIRI-CIRI PEMIMPIN YANG BAIK

Bagaimanakah sebenarnya ciri - ciri seorang pemimpin yang baik ? 
Seorang pemimpin yang baik adalah seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional. Mengapa harus  kecerdasan emosional ? Apa pentingnya kecerdasan emosional bagi seorang pemimpin ? Dan bagaimana ciri - ciri pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional ? 
Pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas akan saya uraikan satu persatu, karena memang hal tersebut sangat penting untuk membentuk satu pribadi pemimpin yang super.


Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi

Memimpin bukan sekadar memerintah. Pemimpin yang baik akan menjadi muara bagi setiap kebutuhan anggota. Lebih dari itu, pemimpin harus mampu menggerakkan anggotanya dalam satu visi dan misi, demi kemajuan bersama.

Kita tentu masih ingat, bagaimana Mahatma Gandhi membuat banyak orang India mengikuti langkahnya untuk tak melawan tentara Inggris dengan kekerasan. Gerakan Ahimsa dicanangkan bukan lewat omongan, melainkan tindakan nyata.
Resonansi, getaran atau vibrasi yang keluar dari dalam diri para pemimpin itu membuat orang mengikutinya. Di sisi lain, ada juga pemipinyang memiliki resonansi, meski negatif, tetap mengingatkan kita betapa vibrasi pemimpin menjadi semacam jimat untuk menggerakkan banyak orang. Hitles misalnya.
Meski kerap diabaikan, dimensi kepemimpinan dalam memberi resonansi adalah hal utama. Percuma memiliki pemimpin pandai, tapi tak mampu menggerakkan dan mempengaruhi anak buahnya, tentu dalam hal posifit.
Kuncinya terletak pada bagaimana pemimpin itu memiliki kecerdasan emosi yang memadai.
Emosi pemimpin dapat menular ke seluruh organisasi.
Bila seorang pemimpin memancarkan evergi dan antusiasme, kinerga organisasi atau perusahaan akan meningkat. Jika pemimpin memancarkan negativitas dan ketidaknyamanan, kinerja organisasi pun akan merosot.
Tugas dasar seorang pemimpin adalah memancing tumbuhnya perasaa positif dalam diri orang yang dipimpinnya. Resonansi bukan hanya berakar pada suasana hati yang baik atau kemampuan pemimpin mengatakan sesuatu hal dengan benar, tapi juga pada sekumpulan kegiatan terkoordinasi yang tercakup dalam gaya kepemimpinan. Keenam gaya itu adalah visioner, pembimbing, afiliatif, demokratis, penentu kecepatan, dan mampu memerintah.
Bagaimana seorang pemimpin menciptakan resonansi yang tahan lama? Langkah ini sangat mungkin, yakni dengan memastikan bahwa seluruh jenjang organisasi terajut oleh kepemimpinan yang cerdas emosi.
Dalam setiap organisasi besar, akan terdapat beberapa kantong resonansi dan disonansi. Ini wajar. Pemimpin mesti bergerak, menggeser perbandinga keseluruhan disonansi menjadi resonansi. Caranya dengan melatih para kadfer pemimpin yang akan menciptakan kelompok yang cerdas emosi.
Orang akan berubah bila mereka terlibat secara emosi dan berkomitmen. Ketika pemimpin hanya terlibat secara intelektual dengan strategi, tidak mungkin memelihara energi dan berkomitmen. Pembelajarannya pun menjadi macet.
Jadi, yang paling dibutuhkan pemimpin adalah secara emosi, dengan semangat dan impiannya sendiri, dengan orang lain dan dengan strategi.


PEMIMPIN YANG BAIK

Kejayaan sesebuah organisasi bergantung ke atas prestasi kolektif pentadbirnya, iaitu orang yang mengarah kerja dan memimpin kakitangan keseluruhannya. Pemimpin (atau Ketua Jabatan) secara bersendirian mesti mendapatkan kerjasama secara sukarela daripada rakan sejawatnya kerana proses kepimpinan memang melibatkan dua orang atau lebih. Seorang daripadanya cuba membimbing dan mendorong yang lain dalam usaha mencapai matlamat sistem. Dalam proses perhubungan Ketua Jabatan dan kakitangan, terdapat banyak aspek yang perlu diberi perhatian.
Misalnya, bagaimanakah seorang Ketua Jabatan mempengaruhi tingkah laku kakitangan supaya dapat menghasilkan output yang sempurna. Sebagai contoh dalam situasi sekolah misalnya, pengetua/guru besar dan guru-guru berusaha melahirkan pelajar yang sempurna dari segi mental, fizikal, rohani dan jasmani. Seorang pengetua/guru besar mesti mempunyai ciri-ciri kepimpinan, agar mendapat kerjasama dan diterima oleh semua kakitangan di sekolah.
Apabila seseorang itu berjaya memimpin, ini bermakna dia berjaya mempengaruhi anggota-anggota yang lain di dalam organisasi itu. Kebolehan mempengaruhi bergantung kepada unsur yang penting iaitu kuasa yang ada pada seseorang itu. Mengikut Dr Robiah Sidin (1988), dalam bukunya ‘Asas Pentadbiran Pendidikan’, beliau menegaskan bahawa secara umumnya ada dua jenis kuasa yang boleh dipegang oleh seseorang pemimpin itu. Pertama, kuasa yang datang dengan jawatannya di dalam organisasi itu dan kedua, kuasa yang berpunca daripada keadaan dirinya sendiri atau kuasa individu. Kuasa yang bersangkut paut dengan jawatan adalah penting kerana memberi kepercayaan kepada anggota-anggotanya. Walaubagaimanapun untuk seseorang itu kekal menjadi pemimpin dia mesti juga mempunyai kuasa yang berunsurkan kebolehan tersendirinya. Ini termasuklah:
1. Mentaliti
  • Kebijaksanaan atau kebolehan membuat perhitungan yang jauh sebelum bertindak dengan menilai antara yang baik dan buruk berdasarkan pertimbangan ilmu dan pengalaman.
  • Keberanian atau kesungguhan serta kesanggupan menghadapi cabaran dan masalah serta risiko, baik yang berpunca dari luar diri atau dalam diri sendiri.
  • Mempunyai inisiatif atau tindakan yang dimulakan sendiri tanpa menunggu orang lain dating kepadanya minta bertindak.
  • Mempunyai kreativiti sendiri, terutamanya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang wujud dalam organisasi.
2. Kemasyarakatan
  • Kesediaan memberi dan menerima pendapat.
  • Sikap positif dan terbuka.
  • Daya penggerak dan semangat juang yang kuat.
  • Kebolehan berkomunikasi secara berkesan.
3. Moraliti
  • Mempunyai disiplin diri yang unggul.
  • Kebersihan jiwa terutamanya dari segi keadilah, amanah, ketenangan, kesabaran, keteguhan pendirian dan ketahanan diri.
  • Iman yang teguh, terutama orang yang beragama Islam.
Antara ketiga-tiga ciri yang dinyatakan, moraliti adalah yang terpenting untuk menilai seseorang pemimpin sama ada baik atau buruk, berkesan atau tidak, boleh bertahan lama atau tidak.
Pemimpin memerlukan juga sikap tertentu untuk mempengaruhi orang lain. Perkara yang paling penting ialah pemimpin harus mempunyai pengertian dan tanggapan yang tajam terhadap individu-individu yang saling berurusan dengannya. Selain daripada itu seorang pemimpin juga harus mempunyai:
  • Empati; iaitu kebolehan untuk memahami perasaan orang lain dan bersimpati.
  • Kesedaran; akan kelemahan dan kekuatan dirinya sendiri. Sedar tentang bagaimanakah dirinya dianggap oleh orang lain. Hanya apabila ini berlaku maka barulah kepercayaan kebolehan dirinya akan timbul.
  • Kebolehan: untuk melihat secara objektif akan masalah-masalah dan tingkah laku anggota-anggota lain. Pemimpin harus bersikap adil boleh memberi analisa yang adil dan tidak emosional.
Selain itu, sekiranya seseorang itu ingin menjadi pemimpin yang baik, dia hendaklah mengamalkan perkara-perkara yang diketahui, dilihat dan diterima sebagai baik:
  • Seseorang pemimpin harus bersedia untuk belajar dari siapa sekalipun apa yang dia tidak tahu kerana kepimpinan itu sesuatu yang boleh terus menerus dipelajari dari latihan dan pengalaman.
  • Seseorang pemimpin mesti berani memberi jawapan yang tegas kepada sesuatu yang difikirkan baik atau tidak baik kepada organisasinya.
  • Seseorang pemimpin yang baik berupaya memudahkan semua kerja, dengan menjadikannya kerja-kerja biasa yang boleh dilakukan oleh kebanyakkan orang bawahannya dan tidak memerlukan pakar khusus.
  • Seorang pemimpin yang baik mempunyai perhubungan baik dengan orang-orang bawahannya. Dia mengenali mereka sebagai individu-individu yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Pada kebiasaannya, pemimpin yang baik jarang berkasar dengan orang-orang bawahannya.
  • Seseorang pemimpin yang baik pandai membahagikan masa. Dia tahu bila masa bertugas dan bila masa di luar tugas dan bertindak bersesuaian dengan keadaan. Pemimpin yang tidak cekap selalu merasa runsing dan bimbang dengan hal-hal tugas di mana juga dia berada.
  • Dalam sesebuah organisasi terdapat pelbagai jenis manusia: ada yang malas, ada yang rajin dan ada yang boleh diharap serta ada yang tidak boleh diharap. Seorang pemimpin yang bijak tidak lemah semangat dengan keadaan ini. Dia menerima hakikat sedemikian dan menggunakan sebaik-baiknya apa yang ada.
  • Seorang Pemimpin yang baik tahu dan mahu berbincang denganorang-orang bawahannya mengenai sesuatu hal yang dia sendiri tidak pasti. Dia tidak hanya pandai mengeluarkan arahan saja.
  • Seorang pemimpin yang baik mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai tugas dan manusia.
  • Seorang pemimpin yang baik pandai memperkembangkan kebolehan bekerja orang bawahannya. Dia tahu mengagihkan tugas kepada mereka.
  • Seorang pemimpin yang bijak tidak sekali-kali lemah semangat dan cepat mengaku kalah apabila berdepan dengan sesuatu masalah. Kalau masalah tidak dapat diselesaikan dengan satu cara, dia menggunakan cara lain. Dia sentiasa bersikap positif.
Melalui perbincangan mengenai ciri-ciri pemimpin berkesan di atas, beberapa kesimpulan dapat dibuat. Diantaranya ialah kepimpinan ialah perlakuan seseorang yang boleh menggerakkan orang lain untuk berfikir, merasa, bertindak dengan cara-cara tertentu. Dalam hal ini seorang pemimpin harus mengetahui keperluan dan motif orang-orang yang berkerja dengannya dan harus menitikberatkan pencapaian matlamat kumpulan. Dia juga harus berjaya mengekalkan kekuatan yang ada pada kumpulannya untuk menyelesaikan masalah dan mencapai matlamat masa depan.
Seseorang pemimpin boleh menonjolkan kepimpinannya hanya melalui penglibatannya dalam kumpulan. Dalam kumpulan pula kekerapan interaksi bersama kakitangan membolehkan keberkesanan kepimpinannya. Kalau seorang pemimpin sentiasa “bersembunyi” dalam biliknya dan tidak mempunyai masa untuk berinteraksi dengan kakitangannya, maka kepimpinannya kurang berkesan.
Kepimpinan bukan bergantung sepenuhnya kepada jawatan. Status jawatan yang disandanghanya satu daripada punca potensi kepimpinan. Kejayaan kepimpinan adalah fungsi kedua-dua kuasa formal melalui jawatan dan penerimaan orang-orang bawahan secara tidak formal yang bukan kerana jawatan.

  • Pengertian emosi: mind and mood, sense and commonse, IQ vs EQ, rasional vs emosional.
  • Ciri kecerdasan emosional: Memahami ruang emosi, memahami diri sendiri, mendengar suara hati, mengatasi situasi hati (mood), berpikir positif, menempatkan empati, meningkatkan kecerdasan sosial
  • Emotional Quotient – Assessment dengan Skala EQ Map
  • Pembahasan hasil EQ Assessment masing-masing untuk meningkatkan kecerdasan emosional Anda:
    • Lingkungan Anda saat ini
    • Dimensi dalam kecerdasan emosional Anda
    • Pengaruh EQ dalam kehidupan Anda

Selain itu Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan mempengaruhi karyawan atau oang lain dengan menguasai Teknik Presentasi yang baik dan efektif. Agar segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh sang pemimpin kepada orang yang di pimpinnya dapat dimengerti dan diterima dengan baik. 

Was-was dan khawatir seringkali muncul saat harus mempresentasikan suatu topik di hadapan orang banyak apalagi kalau audiens secara struktural lebih tinggi posisinya. Permasalahannya ritual presentasi ini tak dapat dihindari oleh siapa saja yang ingin menapaki jenjang kesuksesan dalam berkarir. Semakin tinggi karir seseorang maka semakin sering ia melakukan presentasi dari setiap meeting ke meeting. Tentu buat mereka presentasi bukanlah sekedar menyampaikan informasi tapi juga sarana untuk mempengaruhi anggota organisasi lain untuk bersepakat dengan pemikirannya dan mendorong yang mendengarkannya untuk bertindak.

Tidak usah jauh mengambil contoh para pemimpin bisnis, rata-rata mereka yang bekerja di bidang sales dan marketing selalu melakukan presentasi untuk menjual produknya sehingga keahlian ini wajib dimiliki oleh seorang salesman dan marketer. Karena kemampuannya yang istimewa ini para sales dan marketer menapaki karir jauh lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya. Umumnya perusahaan-perusahaan besar saat ini memiliki direktur, CEO, atau presiden direktur yang kebanyakan berlatarbelakang sales dan marketing. Ini dimungkinkan karena secara alamiah mereka memiliki kemampuan persuasi yang tinggi akibat beban rutinitas pekerjaannya.

Presentasi memang terlihat mudah saat kita melihatnya namun bagi pemula tantangannya tidak sedikit. Mereka yang tidak terbiasa presentasi akan dihantui rasa was-was dan ketakutan yang luarbiasa akibatnya presentasi menjadi gagal total karena ketidakmampuan untuk mengontrol diri. Yang jelas hal ini bisa dihindari dengan cara mempersiapkan diri dengan baik, berlatih terus-menerus, serta memberanikan diri untuk tampil dalam presentasi sesungguhnya. Persiapan diri tentu dimulai dengan sikap mental berupa keyakinan terhadap diri sendiri, pemahaman terhadap topik yang dipresentasikan, dan kemampuan untuk berkomunikasi verbal dengan baik.


PRESENTASI EFEKTIF ?
Sebuah presentasi merupakan sebuah media komunikasi yang paling banyak dikenal secara umum, namun belum tentu semua orang bisa memanfaatkannya secara efektif. Seringkali sebuah presentasi justru membawa sesuatu yang tidak produktif, karena kita tidak mempersiapkannya dengan baik. Sebagaimana media komunikasi yang lain tiga faktor yang perlu diperhatikan antara lain : pihak komunikator (penyaji), pihak komunikan (audience), proses presentasi, dan sarana/fasilitas yang diperlukan.
Seorang penyaji tentunya harus sangat memahami semua faktor tersebut agar bisa tampil sebagai seorang komunikator yang berhasil.


Seringkali kita dipusingkan dengan kegiatan yang namanya ‘Presentasi’. Presentasi sendiri berarti “teknik explain untuk mempersembahkan, dan atau memperlihatkan suatu hasil dari sebuah karya atau sebuah produk dengan cara mengkomunikasikan ide ke banyak orang (audience)”. Banyak orang yang hanya membaca materi saja dan tidak melakukan ‘tatap mata’ ke audience. Adapula yang menghapal dialog (udah kayak akting maen film aja ) dari awal hingga akhir. Namun ada presentasi yang benar-benar dapat mengambil perhatian para audience nya. Biasanya hal ini akan mengakibatkan umpan balik pertanyaan dan komentar dari audience, meskipun kadang justru mlah bersifat offensive. Nah, berikut ada beberapa cara atau teknik untuk membuat presentasi yang efektif yang telah saya kumpulkan (dari hasil penelusuran selama ini).
  1. Untuk meyakinkan pendengar, jangan memilih cara inkonvensional (tidak lazim), tapi sampaikan presentasi yang “berisi” agar bisa difahami oleh pendengar.
  2. Faktor penting dalam presentasi adalah keseluruhan ide yang disampaikan harus dapat difahami oleh pendengar
  3. Pada akhir presentasi, sangat dianjurkan untuk mengulas kembali point-point penting yang dipresentasikan
  4. Pemakaian demonstrasi eksperimen merupakan hal yang menarik.
  5. Siapkan beberapa alternatif yang akan didemonstrasikan pada pendengar.
  6. Perhatikan pengaturan waktu/scheduling dalam menyampaikan presentasi.
  7. Jika presentasi terasa berjalan lambat, anda perlu untuk meringkas materi yang disajikan.
  8. Cek lah projector sebelum melakukan presentasi

Presentasi dengan PowerPoint:
Ukuran huruf dan tipe
1. Gunakan huruf Sans Serif seperti Verdana, Tahoma, dan Helvetica untuk teks dan judul. Cetak tebal lebih disukai.
2. Judul: 32 poin atau lebih besar
3. Sub judul: 30 poin atau lebih besar
4. Teks: 28 poin atau lebih besar
Cetak tebal lebih baik daripada teks standar.
Petunjuk praktis pelukis papan nama: (saat berada pada papan nama atau  diproyeksikan)
· Huruf 1 inci dapat dibaca dari jarak 3 m.
· Huruf 2 inci dari jarak 6 m.
· Huruf 3 dari jarak 9 m.
Kontras Warna
5. Latar belakang harus sederhana, tidak bersifat grafis, dan biasanya harus memiliki satu warna saja, bila mungkin warna pastel muda atau putih bila cetakan warna hitam digunakan. Gradient dua-warna dapat diterima bila salah satu dari kedua warna tersebut adalah putih. Gradient dua-warna juga dapat diterima bila salah satunya bukan warna putih, bila warna- warna tersebut berdekatan pada roda warna (misalnya kuning ber-gradient dengan hijau). Abu-abu harus dihindari, baik pada teks ataupun latar belakang dari presentasi PowerPoint
6. Teks dan latar belakang haruslah sangat kontras. Bila latar belakang berwarna gelap, teksnya harus berwarna sangat terang. Bila latar belakangnya berwarna terang, teksnya harus berwarna sangat gelap. Beberapa kombinasi warna yang baik untuk teks dan latar belakang adalah hitam dan putih, kuning dan ungu, kuning dan biru tua, merah tua dan putih, hijau tua dan putih, biru tua dan putih, hitam dan kuning, dan ungu dan putih.
7. Warna-warna tertentu tidak boleh digunakan bersamaan: Merah dan hijau, merah dan hitam, hijau tua dan hitam, atau biru dan hitam tidak boleh digunakan bersamaan sebagai latar belakang dan teks, atau ciri-ciri grafik. Catatan: Karena buta warna, sekitar 10% dari masyarakat mengalami kesulitan dengan warna merah dan hijau.


Pemimpin yang Super adalah pemimpin yang memiliki Manajemen Diri dan Manajemen Waktu yang baik dan efektif.
Setiap orang ingin menjadi seorang pemimpin. Namun kita harus ingat bahwa seorang pmeimpin perlu memiliki apa yang disebut dengan Manajemen Diri dan Manajemen Waktu yang baik dan efektif. Seperti layaknya sebuah perusahaan, pribadi adalah salah satu bentuk yang perlu diarahkan dalam suatu teori manajemen. Orang-orang yang telah berhasil tidak luput dari cara mereka membentuk diri melalui sebuah masalah, yang ada dalam perjalanan hidupnya. Selain tidak gampang menyerah, mereka bertekun, berdoa dan berani menghadapi persoalan hidup.Kegagalan-kegagalan yang membuat mereka menitikkan airmata, namun terus berjuang mencapai apa yang mereka impikan. Tidaklah penting berapa kali anda gagal, namun berapa kali anda bangkit dari kegagalan itu. Itulah yeng menentukan kesuksesan mereka. Dan semua itu disebut manajeman diri. Dibawah ini ada beberapa hal mengenai manajeman seorang pemimpin.

1. Orientasi pada tujuan yang mulia.
Sebuah pekerjaan atau pelayanan yang menghampiri kita, janganlah kita lewatkan, tetapi ambillah kesempatan itu dan tentukan tujuan apa yang hendak anad capai. Tetapkan orientasi tujuan, yang kiranya mulia dihadapan Tuhan. Belajarlah menjadi orang yang memiliki orientasi tujuan, sehingga itu menjadi tolak ukur anda ketika anda mengerjakannya. Ia seperti sebuah nada lagu yang sumbang ketika anda telah menyimpang darinya. Dalam hal ini prioritaskan Tuhan dalam hidup anda. Artinya anda tidak fokus pada kepentingan sendiri, keinginan dan keegoisan anda, tapi meletakkannya dalam porsi Tuhan. Anda akan tahu apa yang Tuhan inginkan dari anda atas pekerjaan atau pelayanan itu. Akan ada waktunya untuk anda pahami. Tujuan yang mulia biasanya mencakup kebutuhan orang banyak, dan menggeserkan keegoan kita. Hal ini bersifat obyektif, dan bukan subjektif (aku). Gantikan “aku” menjadi “mereka”.

2. Berani mencoba hal-hal yang baru. Seseorang yang ingin menjadi seorang pemimpin harus berani mencoba hal-hal yang baru dan baik. Ia berani berimprovisasi dan tidak kaku pada suatu sistem yang salah. Ia memperbaharui sistem itu sehingga berkembang menurut jamannya, agar ia tidak mati oleh karena sang waktu. Seorang pemimpin harus mengambil langkah yang tepat, apakah perubahan itu diperlukan dengan mempertimbangkan kebaikan dan keburukan atas hal-hal yang baru tersebut. Apakah perubahan itu membuatnya merasa lebih baik, karena terkadang perubahan itu akan mengubah sikapnya 180 derajat. Perubahan biasanya membuat orang disekitar kita tidak merasa nyaman atau bahkan ragu-ragu terhadap diri kita( baca: kepemimpinan). Setiap keputusan pasti ada konsekuensinya. Jalani dengan penuh keyakinan diri, ketika anda melakukannya, orang-orang akan memperhatikan diri anda, melihat sikap anda dan terus memonitor anda. Namun lambat laun, ketika segala sesuatu terbukti baik, maka orang-orang akan menjadi yakin dengan diri anda. Ketika anda berhasil menyakinkan mereka, maka mereka akan menjadi pengikut anda, dalam arti kata,anda akan menjadi teladan buat mereka. Yakinkanlah mereka dengan perbuatanmu, dan bukan dengan kalimat kata-kata.Antara perbuatan dan perkataan hendaknya searah.

3. Libatkanlah Tuhan dalam pekerjaan/pelayanan
Point ini sangat penting dilakukan. Karena Tuhan adalah sang sutradara dalam kehidupan kita. Libatkanlah Dia dalam segala tindakan dan keputusan anada. Anda tidak akan berhenti pada satu titik yang salah. Dia tahu apa yang terbaik buat anda. Berdoalah sebelum anda mengambil keputusan, dengan demikian anda telah mengizinkannya untuk capur tangan. Keputusan-keputusan yang sederhana akan menentukan keputusan-keputusan yang besar. Ada kalanya keputusan yang sederhana itu bersumber dari Tuhan. Dia tidak ingin anda terkekang dalam masalah yang rumit dan tidak terselesaikan. Anda butuh bantuanNya. Meskipun pekerjaan akan memberikan warna yang baru dalam hidup anda. Anda akan menikmati pekerjaan dan pelayanan itu, namun bukan berarti anda bebas dari masalah. Paling tidak , pekerjaan anda memberikan kontribusi pada pribadi anda,misalnya pembentukan karakter, kedewasaan, pembelajaran diri dan perkembangan diri.

4. Memiliki hati yang melayani
Entah kita sadari atau tidak, hidup kita adalah melayani dan dilayani. Memiliki hati melayani adalah ciri seorang pemimpin. Mengapa? Karena ia telah memberikan teladan bagi orang lain. Hati melayani adalah hati seorang hamba. Seorang hamba memberikan pelayanan bagi tuannya tanpa menuntut suatu pujian atau hormat. Melayani bukanlah untuk mendapatkan kehormatan, tapi sebaliknya melayani agar kebutuhan orang lain terpenuhi atau dipuaskan. Seorang hamba tidak memiliki wewenang apapun pada tuannya, kecuali upah yang diberikan sesuai pekerjaannya. Upah inilah yang menjadi titik awal dari apa yang ia kerjakan. Seorang pemimpin tidak harus memiliki jabatan direktur, komisaris, manajer, kepala supervisor, gembala, dan yang lainnya. Siapapun yang memiliki hati melayani adalah seorang pemimpin. Dan upah yang ia dapat adalah banyaknya orang yang akhirnya mengikuti ia dengan menjadi teladan lagi buat orang lain. Ia telah menjadi teladan buat sekitarnya, dan orang-orang yang meneladaninya pun menjadi teladan buat hidup orang-orang lain, dan seterusnya.Yang menjadi teladan bagi mereka adalah kehidupan yang ia pancarkan melalui sikap dan perbuatanya, keputusan dan perkataannya, dan sebagainya. Itulah seorang pemimpin. Yesus sudah mejadi teladan buat diri kita, dan selanjutnya bagian kita mempresentasikan teladanNya.

5. Mengembangkan talenta
Seorang pemimpin tidak merasa cepat puas atas apa yang ia miliki saat ini. Dan ini bukan berbicara mengenai jabatan dan harta benda, tapi talenta.Seorang pemimpin akan terus mengembangkan dirinya melalui talenta-talenta yang ia miliki saat ini, sampai akhirnya ia menciptakan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Ia berkarya dan terus mencipta hal-hal yang positif dalam dirinya. Talenta yang ia miliki dipergunakan untuk kebutuhan orang banyak, dan memperkaya diri dengan berbagai macam pengetahuan akan talenta itu. Ketika orang lain berkata “ cukup, pemimpin berkata “tidak”. Hidupnya terus bergelora ketika apa yang ia persembahkan buat kehidupan orang lain menjadi berkat bagi orang tersebut, maka ia terus akan mendaki puncak-puncak gunung berikutnya. Selalu ada puncak-puncak gunung yang lebih tinggi yang akan ia raih. Memang ia akan berhenti sejenak, namun kemudian ia akan bersiap menerima hal-hal yang baru dan segera mengambil langkah yang terbaik untuk setiap kesempatan yang ada.

6 . Selesaikan tugas dengan terbaik dan bijaksana
Setiap orang mengemban sebuah tugas, namun sedikit orang mampu menyelesaikannya dengan baik. Banyak yang berhenti ditengah jalan, malah ada yang tidak dapat mengerjakannya sama sekali. Entah memang tidak mampu atau tidak mau. Mereka hidup dalam ketidakpedulian atas diri sendiri, maka bagaimana mungkin mereka dapat menyelesaikannya dengan baik. Bentuk kepedulian kita yang mendorong kita mampu menyelesaikan tugas tersebut. Setiap orang mulai pada titik yang sama, tapi menyelesaikannya pada titik yang berbeda. Hal ini terjadi karena perbedaan motivasi, daya pikir, dan keinginan yang berbeda. Seseorang yang mampu menyelesaikannya dengan baik adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Karena ia tahu bagaimana memulainya dan bagaimana mengakhirinya. Tidak semua orang setuju dan gembira bersama atas keberhasilan kita, namun percayalah bahwa setiap orang menikmati hasil pekerjaan kita yang terbaik.Dan itulah yang mulia.

7. Lakukan kehendak Tuhan

Ini biasanya yang sulit dikerjakan, karena kita tidak tahu apa yang menjadi standar-standar Tuhan, tapi bersyukurlah karena kita memmpunyai firman Tuhan , sehingga kita menjadi tahu apa yang berkenan dihadapanNya. Saat anda hendak mengambil sebuah keputusan, berdoalah dahulu, agar anda mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupmu. Kehendak Tuhan bukan hanya semata-mata menyenangkan orang banyak, tetapi kehendak Tuhan adalah terbaik buat semua orang. Yang baik buat kita, belum tentu kehendak Tuhan, tapi kehendak Tuhan adalah yang terbaik buat kita.

8. Muliakanlah Tuhan , bukan diri sendiriMuliakanlah Tuhan melalui hidupmu. Kita hidup didunia ini bukan diperuntukkan diri kita sendiri, tapi buat Tuhan dan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial, oleh karena itu ia tidak dapat hidup dalam kesendirian sepanjang usianya. Manusia mebutuhkan pertolongan, dukungan, dorongan dari manusia lain. Saling membutuhkan, saling memenuhi, saling mencukupi, demukianlah manusia hidup. Manusia membutuhkan pengakuan, penghargaan, dari orang lain.Manusia adalah mahkluk yang sempurna , tapi pribadi manusia tidak sempurna, karena yang sempurna adalah milik Tuhan. Tuhanlah yang dapat mmbuat kita menjadi sempurna. Oleh karena itu kemuliaan milik Tuhan, bukan manusia. Walau dengan segala upaya dan daya, manusia ingin sempurna, tapi tetap tidak dapat, karena pasti ada celah-celah kecil yang buruk dalam diri kita, yang tidak bisa kita tutupi. Hanya Tuhan yang sempurna, dan Dialah yang layak menerima kemuliaan itu, bukan diri kita. Tidak baik manusia mempermuliakan dirinya, sebab itu dapat mendatangkan bencana bagi hidupnya, yaitu kesombongan dan keangkuhan diri, yang akhirnya membuat dia jatuh dalam dosa yang besar. Seorang pemimpin tidak akan merasa malu menyadari bahwa ia tidak sempurna, tetapi karena dia mengerti bahwa dia hanyalah ciptaan Yang Maha Kuasa.Dan itu tidak membuat dia menjadi lemah, tapi justru dia menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.

9 Miliki Team atau partner.
Sebuah batang lidi akan mudah dipatahkan, Seikat batang lidi akan sulit dipatahkan Demikian juga manusia, bersama tim kita lebih kuat, dari pada seorang diri. Team yang dapat memberi dukungan, dorongan, motivasi buat kita. Seorang pemimpin yang berhasil, pastilah ada sejumlah orang yang menjadi teamnya untuk meraih keberhasilan itu. Team dapat dibentuk ketika adanya persamaan kepentingan atau hasrat, misalnya team keluarga, team kantor, team department,team komsel, team anak, team hobi, da lainnya. Untuk membentuk team, perlu kerendahan hati dan kejujuran pada setiap anggota team. Hal inilah yang membuat team tersebut tetap bertahan oleh sang waktu karena timbulnya rasa persaudaraan dan rasa saling percaya.

10. Memegang teguh integritas
Dalam kamus bahasa Indonesia, integritas artinya kejujuran; mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Membangun suatu integritas diperlukan ketekunan dan kekuatan untuk menolak hal-hal yang dapat meruntuhkan integritas kita. Anda butuh membangun integritas dalam waktu yang lama, bukan jangka pendek, namun anda bisa menghancurkannya dalam sekejap. Orang lain dapat mengenal anda sebagai pemimpin melalui integritas diri anda, yang anda pancarkan melalui kehidupan anda. Ketika anda membangun sebuah integritas, kemungkinan orang-orang menolak anda, tapi ketika anda berhasil membangun integritas itu orang-orang akan menghormati anda. Bangunlah integritas yang benar sesuai firman Tuhan. Orang-orang memandang lingkungan anda dan menilai diri anda dimana anda berada. Itulah integritas.

Mengapa ada orang yang ber-IQ tinggi gagal menjadi pemimpin, sementara orang yang IQ-nya sedang-sedang justru bisa menjadi pemimpin yang baik? Ternyata ada suatu cara lain untuk menjadi sukses,  yaitu “kecerdasan emosional.” Kecerdasan emosional mencakup keterampilan mengahadapi tekanan, mengenali dan mengekspresikan emosi, keteguhan hati, empati serta keterampilan  berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan ciri orang-orang yang menonjol. Rendahnya kecerdasan emosional  dalam memimpin anak buah dapat menghambat kinerja perusahaan dan menghancurkan karier. Untungnya, kecerdasan emosional ini tidak ditentukan sejak lahir, tapi bisa dipupuk dan diperkuat dalam diri kita. Apalagi kita semua manusia mempunyai peluang yang sama untuk bisa menjadi seorang Pemimpin yang Super. Yang tak kalah  penting ialah, ketika kita menjadi seorang pemimpin maka kita harus terbuka pada hal – hal baru namun harus tetap kritis, dalam arti tetap menyaring hal – hal yang positif dan yang bisa  “membangun”. Dan lagi kalau menurut pendapat saya sebelum kita memimpin orang lain kita harus terlebih dahulu bisa memimpin diri kita sendiri.

Akhir kata saya mengucapkan selamat menjadi Pemimpin yang Super!!
Never say " but I can't "
Because  nothing is impossible! God Bless everybody.... ^.^
sumber : dari berbagai sumber

Kamis, 06 Januari 2011

PENTINGNYA MEMILIKI SOFT SKILL DALAM DUNIA KERJA


Awalnya saya tidak terlalu peduli dengan yang namanya softskill. Memang saya cukup sering mendengar istilah itu tapi tetap saja saya tidak begitu aware. Kebetulan saya adalah tipe orang yang menjunjung tinggi kecerdasan atau kemampuan dalam belajar. Pokoknya saya harus selalu mengasah kepintaran saya dalam belajar. Dengan kepintaran yang saya miliki  saya pasti akan diterima kerja di mana pun yang saya mau. Namun saya salah besar !!
Di semester ini saya menerima mata kuliah Interpersonal skill, yaitu mata kuliah yang mengajarkan tentang pentingnya softskill. Barulah saya paham mengenai softskill dan bagaimana pentingnya memiliki softskill apalagi dalam dunia kerja. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti saya akan ada di dunia kerja tanpa bekal softskill yang saya miliki.

Mengutip dari Wikipedia Soft skills adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang "EQ" (Emotional Intelligence Quotient), kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft melengkapi keterampilan keterampilan keras (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan pekerjaan pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya.

 

SOFTSKILL DALAM DUNIA KERJA... PENTING!!

Mengapa ?

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.


Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.


Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.



Apa ?


Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.


Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill.

Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). 


Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)

Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.


Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.


Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.

Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.


Bagaimana ?


Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.


Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji.


Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.



Pentingnya Belajar Softskil
Berikut ini adalah contoh Softskill :
1. kemampuan berkomunikasi 
Komunikasi secara umum didefinisikan sebagai "menanamkan atau pertukaran pikiran, pendapat, atau informasi melalui pidato, menulis, atau tanda-tanda". Meskipun ada yang namanya komunikasi satu arah, komunikasi dapat dirasakan lebih baik sebagai proses dua arah yang di dalamnya ada pertukaran dan perkembangan pikiran.
Komunikasi adalah dasar yang paling kuat dalam interaksi di setiap lingkungan seperti sekolah, kampus dan sebagainya.

2.manajemen konflik

sebagai mahasiswa akan sangat diperlukan kemampuan dalam menangani masalah yang sering muncul dalam setiapa aspek kehidupan.


3.kemampuan bekerja sama dengan team
ternyata kemampuan ini sangat besar andilnya dalam lingkungan kerja. Banyak diantara mahasiswa yang cenderung berpikir bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan oranglain padahal pemahaman ini sangat salah. Di lingkungan kampus kemampuan ini diasah melalui kerja kelompok.


4.pengambilan keputusan
dalam kondisi yang mendesak kemampuan ini sangat diperlukan. Untuk kondisi tertentu kemampuan ini harus dibuat walaupun terkadang mengesampingkan prosedur atau aturan yang baku yang telah disepakati bersama.
Contohnya dalam bidang kedokteran menyelamatkan ibu atau bayinya.

5. Negoisasi

Negosiasi adalah suatu dialog dimaksudkan untuk menyelesaikan perselisihan, untuk menghasilkan kesepakatan atas tindakan, untuk tawar-menawar untuk keuntungan individual atau kolektif, atau hasil kerajinan untuk memuaskan berbagai kepentingan. Ini adalah metode utama alternatif penyelesaian sengketa.
Dengan tulisan ini setidaknya telah menambah pengetahuan saya tentang pentingnya soft sklill dan berharap hal ini dibaca oleh mahsiswa yang sedang menempuh pendidikannya.
Referensi : wikipedia


Pentingnya Softskill bagi saya mahasiswa..
Soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain maupun dirinya sendiri.
Oleh karena itu, peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat dibutuhkan. Apabila hal ini tercapai maka kebutuhan para pengguna lulusan perguruan tinggi di dunia kerja yang berorientasi produktivitas tinggi akan terpenuhi. Selain itu perbaikan karakter bangsa melalui profesionalisme di segala bidang bisa terpenuhi. Dengan demikian bisa meningkatkan kesiapan kita dalam menghadapi persaingan di pasar bebas. Hal ini bisa dicapai dengan pengaplikasian soft skill ke dalam perkuliahan.
Menurut beberapa penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri diperoleh fakta bahwa untuk meraih suatu kesuksesan ada karakter khusus (soft skill) yang harus dikuasai. Beberapa diantaranya yaitu: mampu bekerja sama, motivasi kerja yang tinggi, bertanggung jawab, dapat mengatasi masalah dengan baik, Jujur, mempunyai kepercayaan diri, ketrampilan berkomunikasi dll.
Saat ini angka pengangguran lulusan perguruan tinggi semakin meningkat . Menurut Ketua Umum Kadin Jawa Timur, Erlangga Satriagung, lapangan kerja rata-rata hanya menyerap 37 persen lulusan perguruan tinggi. Data dari Depdiknas menyebutkan hampir sejuta lulusan perguruan tinggi pada 2009 ini masih belum memiliki pekerjaan. Selain itu kami juga melihat bahwa banyak lulusan UM yang kesulitan mencari kerja. Hal ini tidak terlepas dari rendahnya kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini. Kalangan industri menginginkan lulusan yang tangguh, jujur, tidak cepat bosan, bisa bekerja teamwork, juga terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Banyak terdapat lulusan yang pintar, tetapi tidak bisa bekerjasama dengan orang lain. Atau hebat dalam hal perencanaan, tetapi tidak bisa meyakinkan ide hebat itu kepada orang lain.
Dari masalah-masalah di atas ada kecenderungan bahwa materi yang diberikan di bangku kuliah tidak sepenuhnya serasi dengan kebutuhan di lapangan kerja. Sebagian besar materi hanya berupa keterampilan keras (hard Skill). Padahal, bukti-bukti menunjukkan penentu kesuksesan justru kebanyakan adalah keahlian yang tergolong lunak (soft skill). 
Para pengguna tenaga kerja sarjana seringkali mengeluhkan bahwa kebanyakan nilai kualitas lulusan perguruan tinggi itu payah. Kata “payah”, bisa berarti sarjana sekarang tidak tangguh, cepat bosan, bertabiat seperti kutu loncat, tidak dapat bekerja sama, kurang jujur, tidak memiliki integritas, dan kurang rasa humor.
Ada lagi yang mengatakan, sarjana saat ini banyak yang suka “muntaber” alias mundur tanpa berita. Maksudnya, jika mereka sudah teken kontrak dua tahun, baru enam bulan sudah bosan, tidak tahan menghadapi dunia kerja. Masih bagus, kalau mereka mundur memberi tahu pimpinan. Yang banyak, mereka pergi begitu saja tanpa pemberitahuan alias “muntaber”. Demikian menurut hasil penelitian Illah Sailah, peneliti dari Ditjen Dikti Depdiknas dan dosen senior IPB.
Tampaknya, apa yang diberikan di bangku kuliah tidak lagi sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan kerja. Sebagian besar menu yang disajikan, boleh dibilang berupa keterampilan keras (hard skills). Padahal, banyak bukti yang menunjukkan bahwa penentu kesuksesan justru keahlian yang tergolong lunak (soft skills).
Ketidakseimbangan itu, tentu saja perlu segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot yang lebih kepada pengembangan soft skills. Para pendidik, khususnya pendidikan tinggi, diharapkan mengembangkan soft skills, baik melalui intrakurikulum maupun kegiatan ko/ekstrakurikuler. Peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat mendesak, karena, pertama, untuk memenuhi kebutuhan para pengguna lulusan perguruan tinggi di dunia kerja dengan orientasi produktivitas tinggi.
Kedua, untuk mewarnai dunia kerja ke arah perbaikan karakter bangsa. Hal itu diperlukan dengan alasan, fakta bahwa sejak dahulu belum terwujud kejayaan bangsa di bidang ekonomi, hukum, politik, dan moral. Ratusan ribu sarjana ekonomi dihasilkan tiap tahun, namun ekonomi masih belum membaik. Begitu pula ratusan ribu sarjana hukum dihasilkan tiap tahun, tetapi hukum masih belum menemukan bentuk, dan seterusnya.
sumber : dari berbagai sumber 


  
Did we know???
Hasil penelitian menunjukkan , justru soft skill yang menentukan kesuksesan seseorang dalam kepemimpinan suatu bisnis. Seperti artikel pada CPA Journal yang mengemukakan bahwa 20% kesuksesan seseorang diperkirakan berasal dari intelegensia yaitu kemampuan untuk belajar dan memahami. Sementara itu, 80% sisanya berasal dari kemampuan untuk memahami diri sendiri dan berinteraksi dengan orang lain.


Ada pelajaran menarik dari buku Lesson from The Top karya Neff dan Citrin (1999). Pada tahap pertama, penulis buku itun meminta kepada sekitar 500 orang (CEO dari berbagai perusahaan, LSM, dan dekan/rektor perguruan tinggi) agar menominasikan 50 nama orang yang dianggap tersukses di AS. Mereka antara lain Jack Welch (General Electric), Bill Gates (Microsoft), Andy Grove (Intel), Lou Gerstner (IBM), Michael Dell (Dell Computer), Mike Armstrong (AT&T), John Chambers (Cisco System), dan Frederick Smith (Federal Express).


Tahap berikutnya, penulis buku itu mewawancarai 50 orang terpilih tersebut. Selain memuat hasil wawancara, buku itu juga menampilkan satu bab simpulan yang memuat 10 kiat sukses yang menurut 50 orang tersebut paling penting.
Sepuluh kiat sukses itu, kebanyakan menyebutkan pentingnya memiliki keterampilan lunak sebagai syarat sukses di dunia kerja. Mereka juga sepakat, yang paling menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis, melainkan kualitas diri yang termasuk dalam kategori soft skills atau keterampilan berhubungan dengan orang lain (people skills).
Sepuluh kiat sukses ke-50 orang sukses tersebut adalah:


pertama, nafsu yakni unsur dalam kecerdasan emosional yang merupakan kiat sukses, yang meliputi gairah atau semangat membara.
Kedua, intellegence quotient thinking (IQ). Indikatornya kemampuan menghitung, menganalisis, mendesain, berwawasan, berpengetahuan luas, membuat model, dan kritis. Ketiga, kemampuan berkomunikasi dalam mengembangkan/ membangkitkan diri dan mengembangkan orang lain. Keempat, kesehatan dan energi tinggi, meliputi kemampuan menjaga stamina fisik dan kesehatan organ-organ tubuh.
Kelima, kecerdasan spiritual. Kecerdasan itu di AS masih menduduki urutan tinggi dalam mendukung sukses. Kecerdasan spiritual mampu menjawab untuk apa dia hidup, mau ke mana setelah hidup, dan apa yang ditargetkan setelah kehidupan ini. Orang yang mempunyai kecerdasan itu akan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan dan menyejahterakan orang sebanyak mungkin, bukan justru membuat orang lain menderita. Keenam, kreatif dan inovatif. Ketujuh, rendah hati. Kedelapan, selalu bersikap positif. Kesembilan, hidup dalam keluarga yang harmonis; dan kesepuluh, fokus dan mengerjakan yang benar.
Kesepuluh indikator sukses tersebut merupakan kecerdasan holistik yang harus disiapkan. Tampaknya, nilai spiritualitas dan aspek moral tidak kalah pentingnya, yang terangkum ke dalam delapan soft skills dan dua hard skills (nomor dua dan empat). Jadi, syarat yang harus dipenuhi lebih banyak unsur soft skills.


Oleh karena itu, tak dapat disangkal lagi bahwa communication dan interpersonal skill merupakan syarat terpenting untuk sukses di profesi manapun. Komunikasi merupakan sesuatu yang selalu kita lakukan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Komunikasi juga mengambil peranan penting dalam team working skill. Jika kita tidak dapat bekerja sama dengan baik dengan orang-orang lain di dalam organisasi, maka tujuan akan semakin sulit untuk dicapai.
Sumber: vibiznews.com, Wikipedia, Blog, dll.  




Karena sesungguhnya ketika saya memiliki softskill yang baik maka saya bisa menerapkan / mengaplikasikan segala ilmu yang saya punya. Dengan softskill saya mampu beradaptasi dengan lingkungan baru didunia kerja nanti,  berkomunikasi dengan orang baru, mampu bekerja sama dengan tim (teamwork), sukses dalam bernegosiasi, mampu memecahkan konflik, serta  mampu dan berani dalam pengambilan keputusan. Artinya ketika saya tidak mampu melakukan hal-hal tersebut di atas sama saja dengan  ilmu yang saya punya tidak berguna karena saya tidak bisa membagikannya dengan orang lain.


Dan saya bersyukur punya dosen yang tidak pernah bosan-bosan memotivasi mahasiswanya untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik dan maksimal.  Beliau adalah ibu Yoyoh Hereyah, she is the best teacher  i ever had... ^^


Rabu, 05 Januari 2011

MANAJEMEN DIRI

DEFENISI MANAJEMEN DIRI


Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner : Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Manajemen Menurut Mary Parker Follet : Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain dibutuhkan keterampilan khusus.
 
Manajemen diri adalah orang yang mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Sedangkan kemampuan untuk mengurus diri sendiri itu dilihat dari kemampuan untuk mengurus wilayah diri yang paling bermasalah. Dan yang paling biasa bermasalah dalam diri itu adalah hati. Oleh karena itu kita harus bisa memanaj hati.

        Menata hati dan potensi yang ada di dalam diri diperlukan kecerdasan. Saat ini seseorang berkarya tidak cukup dengan kecerdasan rasional yaitu seseorang yang bekerja dengan rumus dan logika kerja saja, atau dengan kecerdasan emosional (Goleman, 1996) agar merasa gembira, dapat bekerjasama dengan orang lain, punya motivasi kerja, bertanggungjawab dan life skill lainnya. Dan satu hal lain yaitu kecerdasan spiritual agar seseorang merasa bermakna, berbakti dan mengabdi secara tulus, luhur dan tanpa pamrih yang menjajahnya (Zohar, 2002).

            Jika diantara ketiganya kita satukan untuk dapat manata atau mamanaj diri, tidaklah mungkin semua yang sudah kita rencanakan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Karena dari ketiga kecerdasan tersebut saling mendukung dalam menata diri. 

            Kesuksesan dapat dilihat dari kesuksesan seseorang dalam memanaj dirinya sendiri. Karena setelah dapat memenaj diri sendiri pasti orang itu akan dapat memimpin.



Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
  Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu:
  1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
  2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
  3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen.
fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.



Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.



Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.



Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.



Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.



Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.



Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.


Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.



Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.



Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.

 

Manajemen diri itu erat kaitannya dengan bagaimana kita mengatur waktu kita sehari-hari. Dengan kita bisa mengatur diri secara tepat dan benar maka kita bisa tampil produktif.  Jika kita sudah menjadi orang yang produktif maka kita dapat tampil maksimal dimana pun kita berada. Oleh karena itu jangan biarkan hal-hal yang tidak penting mengganggu produktifitas kita. 

 

Berikut ini ada tiga Tips untuk Menjadi pribadi yang Produktif

Pernahkah Anda merasa pada saat bekerja jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 menjelang makan siang padahal Anda belum sempat menyelesaikan satu pekerjaan pun. Sibuk tapi rasanya pekerjaan tidak produktif? Satu hal yang harus disadari bahwa kesibukan tidak sama dengan menjadi produktif. Anda bisa saja menghabiskan sekian jam tanpa menghasilkan apa-apa. Sounds familiar? Ada beberapa prinsip yang sebaiknya Anda pertimbangkan dalam manajemen waktu sehingga Anda bisa bekerja efektif:

1. Menyusun Rencana

Ada ungkapan yang mengatakan ”If you fail to plan, you plan to fail”. Apabila Anda menjalani hari Anda tanpa ada gambaran apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya, Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda bertanya ”Apa yang harus saya kerjakan sekarang ya?”. Rencana memberikan peta apa yang ada dihadapan Anda hari itu. Alokasikan sedikit waktu untuk menyusun rencana sehingga Anda bisa mengelompokkan tugas-tugas yang sesuai dan memberikan prioritas serta waktu pengerjaannya.

Susunlah rencana di pagi hari atau hari sebelumnya. Anda bisa mulai dari catatan kecil saja atau bahkan menyusunnya di kepala untuk sekedar memberikan sinyal kepada otak mengenai apa yang harus Anda selesaikan hari itu.

Gunakan strategi yang cerdas dalam menyusun rencana. Kapan biasanya Anda merasa energi Anda tinggi, baik mental maupun fisik? Buat saya biasanya waktu antara jam 10:00 sampai 12:00 adalah saat dimana saya sedang ”on fire”. Disaat itu saya manfaatkan untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dengan prioritas tinggi. Waktu yang tersisa biasanya saya gunakan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dengan prioritas lebih rendah.

Rencana tidak bersifat kaku dan selalu terbuka untuk adjustment kapanpun. Jangan lupa untuk menyisipkan waktu untuk istirahat. Pada prinsipnya, Anda melakukan manajemen diri untuk Anda sendiri. Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.

2. Fokus

Seringkali dalam bekerja kita membiarkan diri kita larut dalam beberapa pekerjaan sekaligus, istilahnya multi-tasking. Mungkin Anda mencoba menyenangkan boss Anda dengan mengiyakan semua permintaannya, tapi tanpa Anda sadari sebenarnya Anda justru membebani diri Anda dengan stress dan belum tentu juga apa yang Anda kerjaan akan berkualitas bagus.

Mengerjakan dua hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian Anda tetapi juga membuat Anda kurang fokus yang akibatnya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.

3. Hindari Interupsi
Dua hal dalam dunia kerja sekarang ini yang menjadi sering menjadi sumber interupsi adalah: telepon dan email. Tentu saja interupsi ini tidak bisa dihindari tetapi gunakan keahlian Anda dalam manajemen diri untuk menanganinya:

  • Jawab telepon dari orang-orang yang berkepentingan saja pada saat Anda sedang fokus bekerja. Apabila Anda harus terpaksa menjawab, usahakan waktunya seminimal mungkin. Anda bisa menelepon balik ketika Anda sudah agak bebas. 


Kita harus dapat menumbuhkan kepercayaan diri, dan yang paling penting adalah kita harus memiliki motivasi diri yang tinggi dan stabil.
Untuk memiliki motivasi diri yang dahsyat dan selalu dalam performa yang tinggi dan stabil, maka kita harus mengandalkan motivasi dari diri sendiri (motivasi intrinsik) dan jangan mengandalkan motivasi dari luar/lingkungan (ekstrinsik). Contoh motivasi ekstrinsik adalah pujian, lingkungan yang mendukung atau upah yang besar. Kalau kita tergantung pada motivasi ekstrinsik maka kita akan menunggu dimotivasi. Padahal motivasi dari luar itu tidak selalu kita dapatkan, sehingga akhirnya motivasi kita jadi naik turun tergantung stimulus dari luar.
 
Sedang motivasi intrinsik bisa kita bangkitkan kapan saja sesuai kehendak kita, bahkan bisa terus kita bangkitkan sehingga kita akan selalu mempunyai motivasi yang tinggi. Caranya bisa dengan berbagai cara.



1. Dengan membayangkan manfaat besar yang akan didapat, melakukan sugesti untuk menyenangi pekerjaan yang sedang kita lakukan, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan meyakini bahwa kita baru berarti hidup di dunia ini jika berhasil melakukan pekerjaan tersebut atau dengan cara memaksa diri bertindak walau ogah-ogahan (karena pada dasarnya sebagian besar motivasi/semangat muncul ketika kita beraktivitas, bukan sebelum beraktivitas). 
 
2. Untuk strategi merealisasikan target dan planning yang sudah dibuat, caranya adalah : bawa target dan planning tersebut ke alam bawah sadar kita. Dengan membawa ke alam bawah sadar, kita akan bergerak sepenuhnya dan menjadikan target/planning tersebut sebagai kebiasaan sehari;hari. Bagaimana cara membawa target/planning kita ke alam bawah sadar? Caranya dengan selalu mengingat dan mengevaluasi pencapaian target tersebut. Oleh karena itu kita harus punya waktu minimal 30 menit sehari untuk mengevaluasi pencapaian target hidup kita. Jangan pernah bosan dan putus asa untuk mengevaluasinya setiap hari. Sebab ketika Anda tidak lagi mengevaluasinya setiap hari, maka target tersebut berubah hanya menjadi rencana di atas kertas belaka.

 
3. Untuk menumbuhkan kepercayaan diri yang mantap, maka kita harus selalu berpikir positif bahwa kita bisa, kita baik dan kita pasti sukses. Kita bisa karena Allah pada dasarnya telah mengaruniakan kita otak yang hebat dan tubuh yang luar biasa. Otak kita lebih hebat dari komputer secanggih apa pun (bahkan otak kita yang membuat komputer). Kita baik karena pada dasarnya manusia mempunyai fitrah yang selalu mengajaknya untuk berbuat baik (disebut juga hati nurani). Kita sukses karena kita pernah mengalahkan 1 milyar lebih calon manusia (sperma) pada masa dahulu (tapi kita tidak ingat saja). Kemudian selain berpikir positif, kita juga harus bertumpu pada kelebihan kita supada PD. Maksudnya, jangan sering mengingat-ingat kekurangan kita. Sebaliknya lebih sering mengingat-ingat kelebihan/potensi kita. Bahkan kalau bisa kita beraktivitas yang sesuai dengan kelebihan/potensi kita supaya PD yang kita miliki lebih besar lagi. Dan yang terakhir, supaya kita selalu PD jangan lupa untuk tidak takut berbuat. Jangan takut gagal dan harus berani mencoba. Pada dasarnya ketakutan kita akan kegagalan lebih besar daripada kegagalan itu sendiri. 




Berikut ini 5 pertanyaan mendasar yang mungkin bisa  membuat hidup kita lebih efektif dan efisien.
 
1. “What Are My Strength?”
Cara terefektif untuk mengukur seberapa besar kekuatan Anda adalah dengan menggunakan feedback analysis. Setiap kali Anda telah memikirkan cita-cita/impian Anda untuk beberapa waktu kedepan, maka tuliskanlah. Setelah waktu yang Anda tenggatkan telah lewat, maka lakukan penilaian seberapa besar hasil yang Anda dapatkan dari cita-cita yang direncanakan. Kemampuan apa saja yang telah Anda kerahkan untuk mencapainya? kebiasaan buruk apa yang menghambat cita-cita Anda? Karena kita terikat dengan waktu yang terbatas, maka jangan pernah membuang waktu untuk mengerahkan sebuah skill dimana Anda tidak menguasainya. Berkonsentrasilah pada kekuatan Anda dan bangun kekuatan Anda.

2. “How Do I Work?”
Dengan jalan seperti apakah Anda dapat mengeluarkan performa terbaik Anda? Apakah dengan membacanya atau mendengar orang lain yang berdiskusi? Apakah Anda lebih senang bekerja sendiri atau bekerja secara tim? Apakah Anda adalah seorang tipe konseptor ataukah seorang tipe eksekutor? Apakah Anda dapat bekerja dalam tingkat stress yang tinggi ataukah dalam lingkungan yang baik? Semua pertanyaan ini membantu mengarahkan pada Anda agar dapat mengerti bagaimana pola kerja Anda. Dengan mengetahuinya, peluang efektivitas kerja Anda akan meningkat drastis karena Anda telah mengetahui bagaimana cara Anda bekerja.

3.  “What Are My Values?”
Nilai disini dapat didekati dengan prinsip-prinsip hidup yang Anda pegang. Suatu saat mungkin Anda akan menemukan sebuah lingkungan organisasi yang bertentangan dengan prinsip hidup yang Anda pegang, dan hal itu mengurangi performa Anda. Maka tak ada kata lain dalam kamus kata efektivitas, Anda harus pindah. Carilah lingkungan yang sesuai dengan prinsip hidup Anda sehingga Anda dapat berada pada puncak performa Anda.

4. “Where Do I Belong?”
Berdasarkan kekuatan, cara bekerja, dan prinsip hidup Anda, kini carilah lingkungan yang tepat dimana Anda bisa memaksimalkan ketiga hal tadi sehingga Anda dapat menjadi seorang bintang (star) didalam organisasi yang Anda geluti. Dengan komposisi kekuatan, cara kerja, dan prinsip hidup yang tepat dengan lingkungan akan membuat efektivitas dan efesiensi kerja Anda akan meningkat drastis.

5. “What Can I Contribute?”
Dewasa ini, dimanapun organisasi Anda berada, Anda memiliki banyak pilihan. Jarang ada organisasi atau perusahaan yang mengarahkan Anda untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk itu, pertama-tama penting sekali menanyakan bagaimana situasi yang ada sekarang. Berkaca dari situasi demikian, dan mengkombinasikan dengan kekuatan, cara kerja dan prinsip hidup Anda, Anda dapat mengambil ancang-ancang sedini mungkin kontribusi terhebat apa yang mungkin dapat Anda lakukan untuk organisasi yang Anda tekuni saat itu.



Upaya pengembangan diri untuk manajemen diri yang baik
 
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly Effective People (1993) sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual, mental dan sosial/emosional




Pengembangan diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti spiral. Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas sepanjang spiral secara terus-menerus. Pola spiral ini memaksa kita untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita menjadi semakin tinggi.

Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai . Konsep Sharpening Our Concept and Tools (SHOOT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajenen Terapan Trustco berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas pengembangan diri.

1.
   Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2.
   Menjalin hubungan dengan orang lain;
3.
   Mengelola waktu secara efektif;
4.
   Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5.
Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;


Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan dengan baik;
4.
 Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.  

Melakukan secara mandiri
Proses pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita  mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos tarbiah dzatiyah (self education) yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed learner), dan belajar secara mandiri (self learning).






Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan  oleh Ellis untuk membantu   mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:

Bicara adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.

·         Anda tidak akan dapat mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena, mengubah cara harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda merasa kurang nyaman.
·         Anda harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
·         Semakin lama anda tenggelam dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama anda harus berjuang untuk menghentikannya.
·         Menghindari tindakan yang anda kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan anda sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat  buruk. Oleh karena itu lebih baik menghadapinya, ketimbang  mengindar.
·         Makin sering anda berfikir bahwa anda tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan, semakin sulit anda mencapai keberhasilan.


Sikap diri seperti di atas perlu dibangun karena menentukan gaya manajemen pengembangan diri anda. John Maxwell dalam The Winning Attitude; Your Key to Personal Success (1993) menyimpulkan bahwa sikap hidup menentukan tindakan, pola hubungan dengan orang lain, perlakuan yang kita terima dari orang lain, keberhasilan dan kegagalan, menentukan hasil akhir, cara pandang yang positif dan optimis. Ia juga menyatakan, sikap anda  sekarang adalah hasil dari sikap-sikap anda selama ini.


Berbicara tentang  manajemen itu tidak terlalu sulit, namun juga tidak terlalu mudah. Kita perlu mengenali diri kita secara mendalam. Kemampuan kita juga kelemahan kita. Kekuatan kita ditingkatkan dan kelemahan kita di kurangi. Satu hal lagi adalah bagaimana kita bisa mengenali peluang yang ada disekitar kita, kemudian memanfaatkannya. Atau yang lebih baik lagi jika kita dapat menciptakan peluang baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Semua ini hanya mungkin terjadi bila kita sudah mempunyai manajemen diri yang baik. Berhasil tidaknya kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Satu-satunya yang dapat menolong kita adalah diri kita sendiri. Mari mulai saat ini mulailah untuk me-manage diri kita sebaik mungkin. 
Ga ada kata terlambat untuk belajar... ^^